SAMPANG, KOMPAS
Penyerangan dan pembakaran yang dilakukan oleh ribuan massa yang mengaku kelompok Sunni pada Kamis sekitar pukul 10.00. Memperoleh serangan mendadak, umat Syiah bercerai berai melarikan diri. Sama sekali tidak memberikan perlawanan.
Aparat kepolisian datang ke tempat kejadian perkara (TKP) sekitar 60 menit setelah penyerangan meletus karena akses jalan menuju desa itu harus melalui jalan sempit yang buruk. Sesampai di TKP, aparat juga tidak bisa langsung menghentikan tindakan anarkis massa karena jumlah personel polisi yang sedikit. Apalagi massa yang beringas membawa senjata tajam. Bahkan massa juga menghalangi wartawan yang hendak meliput kejadian.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution, di Jakarta, Kamis, mengakui, aparat kepolisian yang meluncur ke lokasi sempat dihadang oleh salah satu kelompok karena mereka menduga polisi akan menangkap. Namun, polisi mendatangi lokasi pertama-tama untuk menyelamatkan pihak korban.
Kepala Kepolisian Resor (Polres) Sampang Ajun Komisaris Besar Solehan menuturkan, saat ini pihaknya masih fokus mengamankan warga. Hal ini dilakukan agar tidak ada korban jiwa yang jatuh. ”Ini masih dievakuasi terus,” ujarnya.
Hingga Kamis Sore, setidaknya sudah ada 40 orang warga yang dievakuasi ke Kantor Kecamatan Omben. Proses evakuasi masih terus berlanjut sehingga jumlah warga yang dievakuasi kemungkinan akan terus bertambah.
Bupati Sampang Noer Tjahja menuturkan, kerusuhan ini sesungguhnya berakar dari masalah internal keluarga. Kebetulan di dalam keluarga itu ada yang menganut faham tertentu, sehingga menimbulkan perselisihan. Perselisihan itu semakin meruncing, hingga akhirnya pecah menjadi kerusuhan. ”Kejadian hari ini adalah klimaks dari apa yang sudah terjadi sejak lama,” jelasnya.