Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Pegunungan Penjaga Tradisi

Kompas.com - 06/01/2012, 18:35 WIB
Ketua Tim Penulis: Ahmad Arif
Tim Penulis: Indira Permanasari, Agung Setyahadi, Agustinus Handoko, Cornelius Helmy Herlambang


KOMPAS - Di Pulau Bali masyarakat pegunungan sering mendapat sebutan Bali Aga atau Mula. Beberapa desa yang digolongkan sebagai desa Bali Aga, antara lain, Trunyan, Sembiran, Cempaga, Sidetapa, Pedawa, Tigawasa, dan Tenganan. Istilah Bali Aga berarti orang Bali pegunungan, sedangkan Bali Mula mengandung arti Bali asli.

Antropolog James Danandjaja dalam bukunya Kebudayaan Petani Desa Trunyan menuliskan, penduduk pegunungan di Bali sendiri tidak menyukai sebutan Bali Aga. Nama Bali Aga diperoleh dari penduduk Bali lainnya yang menyebut diri mereka sebagai orang Bali Hindu dan mereka ini merupakan penduduk mayoritas orang Bali.

Orang Trunyan lebih senang disebut orang Bali Mula dan lebih suka lagi disebut orang Bali Turunan. Orang Trunyan yang tinggal di dalam kepundan purba Gunung Batur meyakini leluhur mereka turun dari langit ke bumi Trunyan.

Mereka menganggap diri mereka berbeda dengan orang Bali Hindu yang mereka panggil dengan sebutan Bali Suku karena orang Bali Suku bukan penduduk asli Pulau Bali, melainkan pendatang dari Pulau Jawa yang masuk ke Pulau Bali dengan suku atau kaki, dengan kata lain berjalan kaki.

Orang Bali Aga dianggap sebagai penduduk asli yang memang beragama Hindu, tetapi tidak mendapatkan pengaruh Jawa. Pengaruh Majapahit meluas di Bali sekitar abad ke-14.

Mengutip Negarakertagama, penulis Pura Besakih; Pura, Agama, dan Masyarakat Bali, David J Stuart menuliskan, pasukan Gajah Mada masuk ke Bali tahun 1343. Majapahit pun menanamkan pengaruhnya, termasuk dalam aspek religi.

Patih Gajah Mada didampingi sejumlah bangsawan (arya) Majapahit menguasai pasukan di daerah strategis. Namun, populasi daerah pegunungan di bagian tengah dan timur terus melawan.

James Danandjaja sendiri berkesimpulan, kebudayaan di Desa Trunyan juga terkena pengaruh kebudayaan Hindu Bali dan Hindu Jawa Majapahit dari Jawa Timur. Namun, dalam bidang agama, pengaruh dari kedua kebudayaan itu hanya berupa sentuhan kulitnya saja.

Itu dilihat dari dewa-dewa yang dipuja di kuil utama Trunyan merupakan leluhur yang telah meninggal yang sudah dihindukan, bukan dewa-dewa Hindu dari India.

Arkeolog dari Balai Arkelogi Denpasar, Bali, I Made Geria, mengatakan, orientasi spiritual masyarakat Trunyan berbeda dengan masyarakat Hindu Bali dataran. Dalam konsep agama Hindu, dewa yang tertinggi adalah Trimurti, yakni Brahmana, Wisnu, dan Siwa.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com