Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PAUD Harus Mampu Jadi Pelebur Kasta

Kompas.com - 14/01/2012, 08:08 WIB
Indra Akuntono

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Kelas sosial orangtua menentukan proses sosialisasi anak yang diindikasikan pada praktek pendidikan dalam keluarga. Guru Besar Sosiologi Universitas Indonesia (UI),  Paulus Wirutomo mengungkapkan, hal itulah yang mendasari mengapa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) harus mampu melebur kasta sosial sebagai upaya membentuk kesiapan anak memasuki sekolah formal.

Menurutnya, dalam sosiologi pendidikan, PAUD adalah sekolah sebelum sekolah. Di mana anak-anak bisa melepaskan sebagian kehidupan di rumah dan mempersiapan diri memasuki dunia sekolah yang lebih nyata. Akan tetapi, dari temuannya, fakta yang terjadi di lapangan berbeda. Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin atau kurang mampu tidak mudah mengikuti proses belajar di sekolah. Kesulitan yang dialami bukan hanya hanya dari segi pembiayaan, tetapi juga karena perbedaan modal budaya yang dimiliki.

Paulus menilai, anak-anak dari keluarga miskin memiliki modal budaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari golongan menengah ke atas. Ia memaparkan, faktor-faktor seperti penghasilan keluarga, pendidikan dan pekerjaan orangtua membentuk kesatuan sebagai kelas sosial yang selanjutnya dikonversi sebagai modal budaya.

"Anak-anak dari keluarga miskin memiliki sedikit modal budaya karena kekurangan dalam proses pendidikan," kata Paulus kepada Kompas.com, Jumat (13/1/2012), di Kampus UI Depok, Jawa Barat.

Paulus mencontohkan, ketika di rumah, anak-anak dari keluarga miskin yang orangtuanya berprofesi sebagaitukang becak atau penjual sayur, setiap hari memiliki komunikasi yang khas dengan kehidupan mereka. Anak-anak ini, lanjutnya, setiap hari hanya menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana, dengan konteks yang sederhana pula.

Di sisi lain, anak-anak dari keluarga menengah ke atas, yang memiliki kehidupan lebih menjanjikan sudah dibiasakan dengan konsep-konsep tentang etika dan disiplin.

"Budaya yang berbeda membuat cara bermain juga berbeda. Anak orang kaya melihat dunia dengan gadget, sementara anak orang miskin hanya menonton sinetron yang sumber pengetahuannya sangat rendah dan membuatnya semakin sulit mengejar ketertinggalan. Peran sekolah untuk menutup ketimpangan budaya dan sekolah harus bisa melebur itu semua," ujarnya.

Paulus mengimbau, agar sekolah dapat membudayakan budaya kelas menengah. Melalui tata bahasa yang baik, etika, karakter, dan sebagainya.

"Tapi semua akan sulit jika modal budaya anak-anaknya rendah. Itulah mengapa harus ada jembatan ke pendidikan dasar bernama PAUD," kata Paulus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com