Hanya itu yang dia bisa. Ditanya apa pun dengan bahasa Inggris atau Indonesia, dia nyaris selalu menjawab, ”seribu, tiga ribu, delapan ribu.” Bahkan, ketika kami iseng-iseng bertanya dalam bahasa Sunda, ”Jang...jang, ieu teh naon? (mas-mas, ini apa sih?)”, dia memberi jawaban yang sama, ”Seribu, tiga ribu, delapan ribu,” sambil menunjuk barang yang dia maksud.
Kami tertawa terbahak-bahak dan ia pun ikut tertawa. ”You’re my boss. Gamsahamnida (terima kasih),” katanya.
Hari itu semua terasa menyenangkan hingga tak terasa malam telah tiba. Nampo-dong kian ramai dan cantik. Pohon-pohon artifisial dan lampu-lampu bersinar terang. Ada panggung hiburan yang menggelar lomba karaoke di sudut Nampo. Beberapa kelompok gadis cantik dan laki-laki tampan bergantian naik ke atas pentas untuk menyanyi dan menari atraktif ala girlband dan boyband.
Seusai menonton acara itu, sebagian penonton bergerak ke pasar ikan tidak jauh dari Nampo-dong. Seperti di kawasan Marunda, pengunjung memilih ikan yang baru diangkat dari laut dan menyerahkannya ke kedai-kedai untuk dimasak. Malam yang indah kami tutup dengan makan di sebuah kedai.
Menara Busan
Esok hari, kami berkunjung ke Youngdusan Park, taman publik yang dikelola sangat apik. Letaknya di belakang kawasan Nampo-dong, di puncak sebuah bukit. Kita tidak perlu bersusah payah menaiki ratusan anak tangga sebab tersedia tangga jalan hingga puncak.
Di gerbang taman, patung Chungmoogong atau Admiral Yi Sunshin berdiri gagah seperti menyambut setiap pengunjung. Sorot mata patung itu mengarah lurus ke kawasan pelabuhan Busan dengan latar belakang bukit biru. Di belakang patung terhampar plaza nan luas. Pengunjung berkumpul di sini sambil menikmati pemandangan sore yang berkilauan cahaya. Beberapa pasang kekasih menambatkan ”gembok cinta” di pagar taman sambil berharap cinta tertambat hingga waktu memisahkan mereka.
Menjelang sore, para pengunjung naik ke puncak Menara Busan yang berdiri menjulang di ujung taman. Dari puncak menara itu, kita bisa melihat kota Busan secara keseluruhan, sama halnya kalau kita melihat Jakarta dari puncak Tugu Monas.
Pemandangan kota Busan yang terhampar terasa begitu damai. Kabut tipis yang menyelimuti kota membuat cahaya lampu terasa lembut dan romantis. Sampai-sampai kita lupa, negeri itu masih dalam status perang melawan Korut sejak 50 tahun lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.