Sementara itu Puteri Sangwan dan ketiga anak tinggal sementara di Bangkok. Tanggal 24 September 1929 Pangeran Mahidol meninggal. Rencana Puteri Sangwan dan ketiga anak pindah ke Chiang Mai menyusul Pangeran Mahidol berubah menjadi duka cita. Karena alasan kesehatan anaknya yang kedua, Puteri Sangwan dan ketiga anaknya pindah ke Lausanne, Switzerland tahun 1933.
Tahun 1935, Raja Rama VII turun dari tahta setelah Revolusi Thailand. Pemerintahan demokratik menunjuk Ananda Mahidol sebagai Raja Rama VIII. Ia menjadi raja pertama Thailand yang tunduk pada konstitusi.
Puteri Sangwan pun mendapat gelar ibu suri raja (Her Royal Highness the Princess Mother). Karena telah ditunjuk menjadi raja, Ananda Mahidol harus kembali ke Thailand. Tetapi Puteri Sangwan menolak. Ia khawatir keselamatan puteranya terancam di tengah intrik politik di dalam negeri yang kian meruncing saat itu. Ia dan ketiga anaknya tetap melanjutkan hidup di Switerland sebagai orang biasa.
Tetapi apa yang ia khawatirkan itu pun terjadi. Putera kedua Puteri Sangwan, Ananda Mahidol Si Raja Rama VIII itu tewas dibunuh tahun 1946. Pada usia 18, Bhumibol Adulyadej, anak bungsu Puteri Sangwan terpilih menjadi Raja Rama IX. Bhumibol kembali ke Thailand, tetapi Puteri Sangwan memilih tetap tinggal di Switzerland sampai tahun 1964.
Saat ia kembali ke Thailand, ia bekerja keras mengatasi masalah kesehatan, kemiskinan, dan kebodohan di Negeri Gajah Putih itu. Ia rajin mengunjungi kawasan miskin sampai akhirnya di tahun 1972, dengan uangnya sendiri sebanyak 100.000 baht, Puteri Sangwan mendirikan yayasan pengembangan kerajinan pemukim bukit, Thai Hillcrafts Foundation, yang berkantor di Istana Srapatum.
Tahun 1985, atas desakan lingkungannya, yayasan tersebut berubah nama menjadi Mae Fah Luang Foundation (MFLF). Mae Fah Luang dalam bahasa Thailand artinya, "Ibu suri raja yang datang dari langit". Julukan itu ditujukan pada Puteri Sangwan. Sebab, ia sering mengunjungi daerah terpencil nan miskin sampai lereng bukit dengan helikopter. Ia naik helikopter karena untuk mencapai tempat yang dituju, hanya ada jalan setapak nan terjal.
Pendirian Rumah Candu di Chiang Saen menunjukkan bagaimana Mae Fah Luang memerangi candu dengan cara yang tepat dan bermartabat. Apa yang ia lakukan terhadap mereka yang miskin dan lemah, jauh dari sikap ingin menunjukkan kekuasaan, dan kekerasan. Ibu suri raja yang datang dari langit itu menulis,
"Mereka menanam candu bukan karena mereka jahat, tetapi karena tidak ada peluang lain bagi mereka yang miskin dan lemah. Maka, berilah mereka yang miskin dan lemah itu peluang untuk menjadi kuat dan tidak lagi menanam candu".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.