Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hubungan Mendengkur dan Depresi

Kompas.com - 09/04/2012, 07:26 WIB

KOMPAS.com - Berbagai penelitian telah menggali secara mendalam hubungan mendengkur dengan penyakit-penyakit berbahaya seperti hipertensi, penyakit jantung dan stroke. Tetapi baru-baru ini the Centers for Disease control and Prevention (CDC), melaporkan adanya hubungan antara sleep apnea dan depresi.

Sleep apnea adalah henti nafas saat tidur yang ditandai dengan mendengkur dan kantuk berlebihan. Penderitanya mengalami penyempitan saluran nafas atas, hingga tak ada aliran udara yang dapat lewat. Karena sesak, secara refleks otak akan terbangun sejenak, untuk mengambil nafas dan selanjutnya langsung tertidur kembali. Penderita bahkan tak tahu jika dirinya terbangun-bangun sepanjang malam. Akibatnya, ia akan bangun tak segar dan terus mengantuk sepanjang hari.

Dalam tarik pendapatnya, CDC memberikan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan gejala sleep apnea dan depresi kepada sekitar 10.000 orang. Survei bernama the National Health and Nutrition Examination Survey tersebut memberikan pertanyaan seputar gejala sleep apnea seperti kebiasaan mendengkur, gasping, tampak sesak saat tidur, cepat lelah, dan kantuk berlebihan. Juga pertanyaan-pertanyaan seputar gejala depresi.

Hasilnya, orang-orang dengan gejala sleep apnea, juga mengeluhkan gejala-gejala yang mengarah pada depresi. Persisnya, depresi dilaporkan dua kali lipat lebih banyak pada pria dengan sleep apnea dibandingkan yang tidak mendengkur. Sementara pada wanita dilaporkan mencapai lima kali lipat. Yang menarik, survei ini juga menunjukkan bahwa pasangan yang menyaksikan episode henti nafas dari pendengkur, lebih rentan terkena depresi. Seiring dengan semakin meningkatnya frekuensi henti nafas, keluhan akan gejala depresi juga semakin meningkat.

Mekanisme terjadinya depresi pada penderita sleep apnea belum diketahui pasti. Sementara, diduga proses tidur yang terpotong-potong menjadi penyebab. Penjelasannya mudah saja. Penderita sleep apnea mempunyai kualitas tidur yang buruk, sehingga walau tidur cukup ia bangun masih dengan rasa tak segar seolah hanya tidur 2-3 jam saja.

Bayangkan jika orang normal hanya tidur 2-3 jam semalam, rasanya tentu sudah emosional dan tak nyaman. Bagaimana jika setiap hari, sepanjang tahun mengalami ini? Para ahli kesehatan jiwa, sudah lama mengetahui hubungan antara insomnia dengan depresi. Tetapi penelitian tentang hubungan antara mendengkur, sleep apnea dan depresi masih dalam bentuk penelitian awal. Masih banyak yang harus digali. Padahal bukti nyatanya semakin banyak dijumpai. Untuk itu masih diperlukan penelitian-penelitian lanjutan yang lebih terperinci.

Semoga saja dalam waktu dekat kita dapat lebih dicerahkan lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Travel Update
6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com