Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simulasi Bencana Tsunami Hanya Parsial

Kompas.com - 13/04/2012, 00:06 WIB
Nina Susilo

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com -- Antisipasi bencana gempa dan tsunami yang parsial mengakibatkan masyarakat tidak mampu menyelamatkan diri secara rasional. Ketika gempa mengguncang Banda Aceh dan sekitarnya, Rabu (11/4/2012), warga panik menyelamatkan diri dengan kendaraan bermotor. Aparat keamanan pun tampak tidak siap dalam memandu warga menghindari bencana.

"Antisipasi berupa simulasi menghadapi bencana selama ini bersifat parsial. Hanya dilakukan di sekolah dan untuk umum hanya pada 2009 dan 2010. Seharusnya simulasi dilakukan berkali-kali misalnya tiga kali setahun," tutur Direktur Pusat Riset Tsunami dan Bencana Universitas Syiah Kuala Dirhamsyah, Kamis (12/4/2012) di Banda Aceh.

Selain parsial, kondisi yang menyulitkan proses antisipasi bencana adalah semakin banyak kendaraan. Ketika warga panik dan berusaha menyelamatkan diri dengan kendaraan, terjadi penyumbatan di jalan raya.

Dalam pantauan Kompas, ketika gempa mengguncang, kemacetan terjadi di beberapa titik, seperti di Jalan Daud Beureuh dan Jembatan Pungeh arah Jalan Medan-Banda Aceh. Warga sulit menyelamatkan diri, beberapa orang memilih berjalan kaki menuju tempat tinggalnya.

Semestinya, kata Dirhamsyah, disiapkan jalur-jalur evakuasi yang jelas. Petunjuk jalur evakuasi bisa ditampilkan melalui papan petunjuk di tempat-tempat umum. Selain itu, perlu disiapkan lokasi-lokasi parkir untuk menempatkan kendaraan ketika terjadi kondisi darurat. Tata ruang dan tata bangunan juga harus disiapkan untuk tahap menghadapi kemungkinan gempa dan tsunami.

Di sisi lain, kata pengajar sosiologi bencana Unsyiah Saleh Sjafei, disadari atau tidak, media televisi ikut membuat masyarakat semakin panik. Sementara itu, aparat negara tidak terlihat sikap dan figurnya yang mengayomi di kala darurat.

Kenyataannya, kata Saleh, mereka malah menjadi bagian dari masalah. Salah satunya ketika polisi meneriakkan peringatan potensi tsunami dicabut, tidak jauh dari Pendopo Gubernur Aceh, aparat TNI dari Kodim 0101 berteriak-teriak tidak jelas. Sikap ini membuat warga semakin panik. Ditambah lagi ada beberapa orang berteriak, "Air naik!"

Disorientasi dan ketidakdisiplinan aparat ini, menurut Saleh, mungkin disebabkan personel yang ditugaskan di daerah rawan bencana seperti Aceh tidak dibekali dengan latihan khusus. Bila aparat bertugas mengayomi masyarakat, petugas harus terlatih dan disiplin terlebih dahulu.

Dirhamsyah juga berharap polisi dan tentara yang bertugas di Aceh saling berbagi peran serta selalu disiapkan khusus untuk menghadapi kemungkinan bencana. Pelatihan harus selalu diterapkan untuk petugas yang baru ditempatkan di wilayah rawan bencana seperti Aceh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com