Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengharapkan Perhatian yang Sepenuh Hati

Kompas.com - 30/04/2012, 15:33 WIB

Ruangan di sayap barat Bentara Budaya Jakarta di Palmerah, Jakarta Pusat, Minggu (29/4/2012) sore, kaya ”warna”.

Ada Abang Bahtiar dan Hasan Basri yang jago silat; David Kwa, pemerhati dan pencinta kawasan Pecinan di Kota Tua, Harry Palmer pemilik Harry's Palmer Orchestra yang memainkan gambang kromong, keroncong, hingga musik pop Betawi, hingga Abdul Chaer penulis kamus Betawi.

Mereka berkumpul sore itu di pengujung acara Betawi Punye Gaye. Tujuannya satu, hendak berkeluh kesah dan berbagi dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu.

”Perhatian pemerintah terhadap budaya Betawi masih setengah-setengah. Tidak ada lahan bagi kami untuk tampil dan mengekspresikan seni budaya kami. Silat betawi yang di Rawa Belong saja ada 12 perguruan, tidak ada padepokan khusus. Padahal, silat betawi perlu wadah untuk menjaga ukhuwah,” kata Hasan Basri.

Hasan semakin khawatir ketika didekati oleh orang dari negeri jiran yang ingin mengembangkan silat betawi di Malaysia.

Andre Juan Michiels dari Keroncong Tugu, Koja, Jakarta Utara juga menceritakan tentang Keroncong Tugu yang nyaris tidak pernah mendapat dukungan dana, sumbangan alat musik, sampai kesempatan tampil. Padahal, musik keroncong merupakan budaya asli Bangsa Indonesia, khususnya budaya Betawi yang diadopsi dari kebudayaan bangsa Portugis.

Lain lagi dengan David Kwa yang amat prihatin melihat bangunan-bangunan tua di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, yang tak terurus dengan baik.

Mari pun langsung merespons itu semua. ”Kami sudah ada ide merangkul lembaga budaya seperti BBJ, Salihara, hingga mal-mal, juga media massa untuk rutin menampilkan ragam budaya Betawi,” ujarnya.

Hanya saja, PR-nya adalah bagaimana mengemas tampilan budaya tradisional ini menjadi sesuatu yang kreatif sehingga menarik minat orang, terutama orang muda. Dia juga meminta kerja sama dan andil besar Pemprov DKI untuk mewujudkan budaya Betawi menjadi tuan rumah di daerah sendiri.

Harry Palmer pun berandai-andai,”Suatu saat nanti, musik kite main di Istana kite,” katanya. (Neli Triana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com