Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keraton Kartasura, Riwayatmu Kini...

Kompas.com - 10/06/2012, 08:58 WIB
Kontributor Surakarta, M Wismabrata

Penulis

SUKOHARJO, KOMPAS.com - Benteng Srimanganti masih tampak kokoh berdiri mengelilingi lahan seluas 2,5 ha yang tak lain adalah bekas lokasi keraton Kartasura. Terletak di Desa Krapyak, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, keraton ini menjadi bagian penting dari sejarah kejayaan dinasti Kerajaan Mataram Islam di Jawa.

Benteng Srimanganti tersebut menjadi saksi bisu Keraton Kartasura yang berdiri pada tahun 1680-1742, oleh Amangkurat II. Berawal dari pemberontakan Trunajaya dari Madura, pada tahun 1677, yang menyerbu di Keraton Mataram lama yang terletak di Plered. Saat itu Adipati Anom yang selanjutnya bergelar Amangkurat II, melarikan diri ke hutan Wanakerta, dan mendirikan Keraton Kartasura. Setelah itu, pada tahun 1681, Amangkurat II yang dibantu VOC pun memenangkan perang dengan Kerajaan Mataram dimana Pangeran Puger yang bertahta di Kerajaan Mataram Plered. Akhirnya, Mataram berhasil dikuasai Amangkurat II.

Setelah itu, perang dan pemberontakan menghiasai kisah dari Kraton Kartasura, dan yang paling terkenal terjadi pemberontakan mas Garendi pada tahun 1742 yang dibantu etnis Tionghoa menyerbu dan menghancurkan Keraton Kartasura. Saat itu, Pakubuwono II yang bertahta, melarikan diri ke Ponorogo. Pada tahun 1743, Pakubuwono II kembali ke Kartasura karena pemberontak sudah dikalahkan, namun kondisi keraton yang porak poranda dan rusak, membuat dirinya memilih untuk memindahkan keraton Kartasura ke Sala yang saat ini dikenal dengan Surakarta. Pakubuwana II menempati Kraton Surakarta pada tahun 1745.

Lobang besar berdiameter dua meter di bagian utara benteng, diyakini dilakukan oleh pemberontak mas Garendi yang menerobos ke dalam keraton dengan menjebol benteng bersama sama anak buahnya. Meskipun lobang tersebut sudah ditutup oleng pengelola, namun warga sekitar menganggap awal kehancuran Keraton Kartasura dari lobang yang dibuat para pemberontak saat itu. Warga pun menganggap lokasi tersebut wingit atau angker.

Tidak sulit menemukan keberadaan Keraton Kartasura. Berada di bagian barat kota Solo, dan hanya 15 menit perjalanan menggunakan kendaraan. Sekitar 300 meter ke selatan dari jalan utama Slamet Riyadi Kartasura, benteng yang dulu melindungi keluarga kerajaan dari serbuan pemberontak, sudah terlihat. Benteng setinggi 4 meter dengan tebal 2 meter, saat ini berada di tengah perkampungan warga.

Menurut dari juru kunci petilasan Keraton Kartasura, Haris (69), di bagian dalam benteng digunakan sebagai makam keluarga dan keturunannya. "Dari 2,5 hektar, 2 hektar digunakan sebagai makam," katanya.

Oleh karena itu, beberapa waktu lalu, banyak warga yang datang untuk berdoa dan berziarah di tempat ini. Namun atas permintaan Keraton Surakarta, aktivitas ziarah dihentikan. Salah satu bangunan yang sering didatangi adalah bangunan utama keraton berada sebelah timur bagian dalam keraton. Tampak sebuah dua batu diatas lantai berukuran kurang lebih 4x 4 meter dengan tinggi 50 centimeter, berada di bawah pohon beringin raksasa, setinggi 20-an meter. Suasana mistis kental terasa apalagi kondisi rumput liar yang tumbuh subur dimana mana, menunjukkan keraton Kartasura yang terbengkalai, tidak terawat.

Saat ini, Keraton Kartasura berubah wujud menjadi kompleks pemakaman. Selain makam keluarga raja, di beberapa lokasi juga dibuka untuk pemakaman umum. "Namun sejak tahun 2005, lokasi ini sudah tertutup untuk pemakaman umum," kata Haris.

Keraton Kartasura memiliki dua benteng. Benteng bagian dalam yaitu benteng Srimanganti, dan benteng bagian luar adalah benteng Baluarti. Namun untuk Baluarti hanya tinggal 100 meter saja yang tersisa, karena sebagian besar digunakan sebagai pemukiman penduduk. Untuk benteng Srimanganti, masih tegak berdiri meski di beberapa bagian mengalami kerusakan.

Untuk bagian bangunan lainnya seperti bangunan utama keraton, Gunung Kunci (taman kerajaan), Masjid Agung, Gedong Obat (penyimpanan mesiu), Tangsi Kompeni (barak militer), sudah dibawa ke Keraton Surakarta pada tahun 1745 atau saat pemindahan keraton. Satu-satunya peninggalan yang tersisi adalah dua benteng, Srimanganti dan Baluarti.

Benteng Keraton Kartasura pun menjadi benda cagar budaya yang ditetapkan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Cerita sejarah kejayaan Keraton Kartasura yang penuh dengan peperangan dan intrik kekuasaan bertolak belakang dengan kondisi fisik keraton saat ini. Tidak banyak wisatawan yang berkunjung, karena keraton saat ini dikenal sudah menjadi komplek makam. "Sesekali turis asing datang berkunjung, namun hal tersebut bisa dihitung dengan jari," kata Haris.

Sedikitnya perhatian dari pemerintah Kabupaten Sukoharjo dan keraton Surakarta sendiri, membuat Haris dan sanak familinya merawat petilasan keraton Kartasura seadanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

    Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

    Jalan Jalan
    Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Jalan Jalan
    Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

    Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

    Travel Update
    5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

    5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

    Travel Tips
    Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

    Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

    Travel Update
    4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

    4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

    Travel Tips
    KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

    KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

    Travel Update
    Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

    Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

    Travel Update
    Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

    Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

    Travel Tips
    Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

    Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

    Travel Tips
    Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

    Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

    Travel Update
    Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

    Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

    Travel Update
    Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

    Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

    Travel Update
    Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

    Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

    Travel Update
    Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

    Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

    Travel Tips
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com