Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisatawan MICE, Turis Berkantung Tebal

Kompas.com - 18/06/2012, 15:53 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

CIANJUR, KOMPAS.com – Siapakah wisatawan berkantung tebal? Mereka adalah wisatawan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition). Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Dewan Pengarah Lembaga Sertifikasi Profesi MICE, Christina L. Rudatin.

“Wisatawan MICE, pengeluarannya 7 kali lipat lebih besar daripada turis biasa dan tinggal lebih lama,” ungkap Christina, , pada saat Lokakarya Perspektif Pengembangan dan Promosi Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif dan Even di Via Renata Hotel, Cimacan, Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (16/6/2012).

Ia menjelaskan wisatawan biasanya mempertimbangan kapan waktu berwisata dan bujetnya. Namun, beda dengan wisatawan MICE, kedatangan mereka adalah keharusan, sebab datang untuk urusan pekerjaan.

“Waktu diharuskan, biaya pun tidak masalah tergantung perusahaan yang kirim mereka. Karena itu mereka disebut sebagai quality tourist atau terjemahan bebasnya wisatawan berkantong tebal,” kata Christina.

Oleh karena itu, lanjut Christina, wisatawan MICE sangat berpotensial dan mulai dilirik berbagai negara di dunia. Christina mengungkapkan setiap destinasi berkompetisi mengadakan even MICE di kota-kota mereka.

“Tapi MICE ini perlu SDM  (sumber daya manusia) yang kuat. Itulah kenapa Indonesia dengan potensi yang begitu besar, tapi MICE-nya belum maju juga,” tuturnya.

Menurutnya, acara internasional yang diselenggarakan di suatu negara akan memberi dampak besar pada destinasi wisata tempat penyelenggaraan. Ia memberi contoh penyelenggaraan Climate Change  yang berlangsung di Bali pada tahun 2007.

“Konferensi tersebut jadi titik balik peningkatan image Bali. Setelah Bali kena bom (di tahun 2005), kemudian sebuah konferensi dihadiri 13 ribu delegasi dari berbagai negara dan berlangsung secara aman dan lancar. Image dari sisi keamanan pun menjadi baik. Itulah kekuatan MICE,” jelasnya.

Pada tahun 2005, Indonesia telah mencanangkan beberapa kota yang prospektif terhadap penyelenggaraan MICE seperti Bali, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Sumatera Barat, Makassar, Manado, Medan, dan Batam. Seiring waktu, daftar ini mengalami perubahan menjadi 14 kota MICE.

Christina menuturkan dengan adanya kota-kota MICE di Indonesia seharusnya dapat menarik segmen pasar MICE. Segmen pasar tersebut antara lain pemerintah, asosiasi, dan perusahaan swasta.

Hanya saja, lanjutnya, untuk pemerintah, selama ini yang digarap baru tahap nasional. Ia mengakui kementerian di Indonesia saja sudah cukup menghidupi industri MICE. Sayangnya, untuk asosiasi profesional maupun asosiasi industri yang jumlahnya begitu banyak, belum tergarap di Indonesia.

“Seperti dokter saja, itu asosiasnya banyak sekali di dunia. Dokter itu ada dari ujung kepala sampai ujung kaki, masing-masing punya asosiasinya. Tapi tidak banyak yang bisa kita datangkan untuk membuat acara kongres di Indonesia,” tuturnya.

Padahal, tambah Christina, anggota suatu asosiasi bisa mencapai ribuan. Ia memberi contoh jika saja Indonesia dapat menarik cukup lima kongres asosiasi yang dihadiri 3000 anggota, maka bisa dibayangkan hotel-hotel yang terisi penuh, restoran dan penjual bahan baku untuk makanan, sampai penjualan suvenir akan ikut ‘kecipratan’ dari kongres tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com