Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desain Rumah Melingkar yang Luar Biasa

Kompas.com - 12/08/2012, 12:21 WIB

KOMPAS.com - Bentuk paling tua dan paling asli yang dapat kita temukan dalam dunia arsitektur kemungkinan besar adalah bentuk melingkar. Coba Anda ingat-ingat bentuk Rumah Yurt Mongolia, Rumah Tepee dari Amerika Utara, atau bahkan Rumah Honai dari Papua, Indonesia. Apa alasan leluhur kita menggunakan bentuk melingkar?

Bumi ini dipenuhi dengan kurva yang melingkar. Bentuknya bisa dilihat pada telur, bumi, batang kayu, dan batu. Saat ini kita juga tahu, bahwa penggunaan bentuk melingkar lebih efisien dalam penggunaan energi.

Namun, pada zaman dahulu, leluhur kita hanya melihat refleksi alam dalam bentuk yang melingkar. Pada dasarnya, angin dan gelombang laut akan berputar secara natural mengelilingi bangunan berbentuk bulat. Bangunan bersudut akan lebih rentan menghadapi angin dan terjangan air atau tsunami.

Secara tradisional, rumah melingkar memiliki belasan titik penghubung di sekitar rumah. Titik ini adalah tempat para pembuat rumah dapat menyambungkan bagian-bagian rumah menjadi satu.

Zaman dulu, konektor tersebut terbuat dari tali atau akar. Dengan dukungan dari teknologi mutakhir, rumah atau bangunan dengan bentuk melingkar akan jauh lebih kuat lagi.

Desain Yurt kuno

Saat ini, kita dapat menggunakan pusat radial steel ring, bracket dari baja, penghubung yang tahan gempa dan badai, baut, dan kabel baja. Struktur dan bagian-bagian yang menyambungkan rumah ini memberikan kombinasi unik pada bangunan dan menyebabkan rumah menjadi fleksibel dan kuat.

Struktur atap menggabungkan desain arsitektur yang unik. Desain ini berasal dari stepa gunung Asia Tengah. Atap gulungan bertemu di pusat cincin, menghasilkan tekanan ke dalam dan luar yang memegang atap dalam keadaan kompresi.

Pada bangunan melingkar yang modern menggunakan desain Yurt kuno, kabel baja kualitas pesawat kelas 1-3 digunakan untuk lingkaran batas luar, tempat gulungan memenuhi dinding dan tahan terhadap dorongan dari luar. Karena kombinasi cincin kompresi sentral di bagian atas atap dan kabel mengelilingi atap dan memenuhi dinding, atap bentang panjang dapat terjadi tanpa sistem dukungan internal (seperti balok atau post).

Tegangan yang saling berhubungan di dalam bangunan sampai ke tanah dan menggunakan gravitasi dan kompresi untuk menjaga keutuhannya dengan kekuatan yang luar biasa. Dinamika panas natural dari ruang melingkar yang terbuka di bagian atasnya tidak memerluka energi dari luar untuk memutar temperatur. Cara kerjanya seperti ini: udara yang dipanaskan akan secara alami naik sampai mencapai langit-langit yang terisolasi. Ia bergerak ke langit-langit berbentuk dome sampai mencapai puncak yang lebih dingin.

Selanjutnya, udara akan bereaksi dengan jatuh ke lantai dan akan terus berputar. Pergerakan udara semacam ini akan menjadi sirkulasi udara dan temperatur di dalam rumah. Bangunan melingkar menggunakan bahan tembok, lantai, dan atap yang lebih sedikit ketimbang bangunan dengan struktur persegi. Ini akan membuat rumah yang melinggar kemungkinan besar memberikan lebih sedikit kerusakan alam, memberikan lebih banyak kesempatan bagi binatang yang hidup di alam bebas, dan lebih murah.

Sistem akustik di rumah melingkar juga luar biasa. Kurva melembutkan suara di dalam gedung, dan membuatnya menjadi sempurna untuk tempat beristirahat atau untuk bersosialisasi sambil bermain atau mendengarkan musik. Bentuk ini juga menghindarkan suara bising masuk ke dalam rumah.

Saat ini, kita selalu berbicara mengenai sustainable living. Mengapa kita tidak membuat rumah masa depan yang berasal dari masa lalu? Kita akan mendapatkan banyak keuntungan: penghematan energi, aman, dan efisien.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com