Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batur, Taman Bumi di Jantung Pulau Bali

Kompas.com - 23/08/2012, 08:39 WIB

JANGAN biarkan liburan Lebaran Idul Fitri Anda berlalu begitu saja. Sempatkanlah jalan-jalan ke kawasan Gunung Batur di Kintamani, Bangli, Bali. Inilah kawasan di jantung Pulau Bali dengan lanskap elok, budaya yang unik, serta jejak peninggalan arkeologi dan geologi yang khas.

Sebelum diusulkan menjadi taman bumi (geopark) ke UNESCO tahun 2010, kawasan Gunung Batur di Kintamani, Bangli, telah memesona para turis. Kini, pengakuan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) itu kian mengukuhkan pesonanya.

Bersama dengan Gunung Rinjani (Nusa Tenggara Barat) dan Karst Sewu (di wilayah Pacitan, Wonogiri, dan Gunung Kidul), Gunung Batur telah diusulkan menjadi taman bumi. Pada kurun 2012-2014, tiga lokasi lain diusulkan ke badan dunia tersebut, yakni Merangin (Jambi), Danau Toba (Sumatera Utara), dan Raja Ampat (Papua Barat).

Konsep taman bumi digagas oleh UNESCO di bawah koordinasi The International Network of Geoparks (INoG). Ide ini dinilai pas untuk konservasi dan pengembangan kawasan seperti Batur. Sebab, selain kepentingan geologi, taman bumi juga melindungi peninggalan arkeologi, keanekaragaman hayati, dan budaya.

Minggu (3/6/2012) pagi, kami berkesempatan mengunjungi kawasan itu. Dengan menumpang bus pariwisata berkapasitas 29 orang, rombongan wartawan dan tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menempuh rute Denpasar-Kintamani sejauh 53 kilometer melalui Batubulan-Tegallalang-Tampaksiring-Kintamani.

Dua jam terasa singkat saat menyusuri jalanan Bali. Selain pura dan bangunan berarsitektur khas Bali, deretan galeri seni, kios suvenir, dan kerajinan beragam bentuk menjadi suguhan memikat. Ada sentra kerajinan batu alam, kayu, kaca, dan perak di kanan-kiri jalan yang bisa Anda singgahi di rute tersebut.

Belasan kilometer menjelang Kintamani, suasana pegunungan mendominasi pemandangan. Permukiman penduduk semakin jarang. Suhu udara pun semakin dingin. Selepas Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, ada beberapa perkebunan kopi yang ditawarkan sebagai lokasi agrowisata. Namun, di luar lokasi agrowisata, Anda bisa mampir di kebun petani yang didominasi tanaman jeruk di sisi jalan di Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

Museum

Tiba di Kintamani, kami langsung menyasar Museum Gunung Api Batur, prasyarat penting bagi sebuah taman bumi. Museum Gunung Api Batur dirintis tahun 2002. Setelah melalui 5 tahun proses perencanaan hingga pembangunan, museum diresmikan oleh Menteri ESDM (ketika itu, Purnomo Yusgiantoro) pada 10 Mei 2007. Berdiri di lahan seluas 1,09 hektar, museum ini menyimpan beragam informasi soal gunung api, baik Indonesia secara umum maupun Gunung Batur secara khusus.

Menurut Kepala Bidang Museum Badan Geologi Sinung Baskoro, Museum Gunung Api Batur adalah satu dari lima museum kegeologian di Indonesia yang dikelola pemerintah, bersama Museum Geologi Bandung, Museum Karst Wonogiri, Museum Tsunami Aceh, dan Museum Gunung Api Merapi di Yogyakarta. Seperti Museum Karst Wonogiri, Museum Batur tergolong khas karena berada di kawasan yang menjadi obyek sajian.

Dari museum ini, pengunjung bisa melihat tiga kerucut Gunung Batur yang berderet dari timur laut-barat daya, yakni Batur I (1.717 meter), Batur II (1.589 meter), dan Batur III (1.410 meter). Ketiganya tumbuh di dalam Kaldera Batur yang terbentuk dari dua fase letusan besar (sekitar 29.300 tahun lalu dan 20.150 tahun lalu), yakni Kaldera Luar dan Kaldera Dalam.

Material vulkanik yang terlontar dari letusan Gunung Batur, tercatat 26 kali letusan selama kurun tahun 1804-2000, menjadi sumber tambang dan pendapatan masyarakat di Kawasan Batur. Pasir dan sebagian besar lain berupa ignimbrit (endapan aliran piroklastika yang berasosiasi dengan pembentukan kaldera) digali dan dimanfaatkan warga untuk membuat patung, pura, dan benda hias.

Pada bagian tenggara Kaldera Dalam terbentuk danau (Danau Batur) yang berbentuk bulan sabit dengan ukuran panjang 7 kilometer dan lebar 1,5 kilometer yang berada di ketinggian 1.031 meter (di atas permukaan laut). Danau inilah yang memukau geolog Belanda, Van Bemmelen (1949). Dia menyebut Danau Batur sebagai salah satu kaldera terbesar dan terindah di dunia.

Danau Batur memiliki fungsi irigasi. Air dari danau ini mengalir ke sejumlah sungai besar di Bali, seperti Sungai Unda di selatan, Sungai Suni di barat, dan Bayumala di utara. Dari aliran itu, air sungai dibagi untuk mengairi sawah dan menopang sistem subak. Subak baru saja ditetapkan sebagai warisan dunia oleh Komite Warisan Dunia UNESCO.

Kepala Museum Gunung Api Batur, Desak Made Andariyani, menambahkan, di pinggiran Danau Batur terdapat sejumlah pura yang bisa dikunjungi, sebagian telah ditetapkan sebagai situs arkeologi. Di antara pura itu adalah Pura Ulun Danau Batur, Pura Pancering Jagat Terunyan, dan Pura Bukit Mentik.

”Jauh sebelum Van Bemmelen mengungkap kekagumannya, Kintamani telah jadi tujuan wisata, antara lain terbukti dari peninggalan bangunan berupa pesanggrahan di Kintamani yang diperkirakan dibangun tahun 1929,” kata Desak. Kintamani kemudian berkembang jadi obyek wisata sejak tahun 1970-an.

Di seberang Danau Batur, terdapat Desa Terunyan, yang terpencil di pesisir timur dan biasanya dijangkau dengan perahu. Masyarakat Terunyan disebut Bali Aga (penduduk asli) yang khas. Berbeda dengan masyarakat Bali umumnya yang membakar mayat (kremasi) dalam upacara ngaben, masyarakat Terunyan meletakkan mayat di atas tanah dan dipagari ”ancak saji” dari anyaman bambu.

Ada pula pohon terunyan (konon dari kata taru menyan atau pohon wangi) yang dipercaya menjadi kunci mengapa jenazah tidak beraroma busuk meski hanya diletakkan di atas tanah. Menurut Desak, pohon jenis ini hanya ditemukan di Terunyan.

Igan S Sutawidjaja, peneliti Badan Geologi Kementerian ESDM, menambahkan, kawasan Batur juga memiliki keanekaragaman hayati yang unik. Salah satunya adalah anjing kintamani yang memiliki bentuk kepala seperti serigala dan badan mirip anjing cau-cau dari China. Kintamani juga ditumbuhi edelweis, pohon kasian bukit, jeruk, dan tanaman hortikultura khas pegunungan seperti kol, cabai, dan tomat.

”Segenap kekayaan yang dimiliki Batur sangat khas dan potensial untuk ditetapkan sebagai taman bumi. Penetapan itu akan mendongkrak turisme yang akhirnya menyejahterakan warganya,” tambah Igan.

Kini kawasan Batur tengah menunggu hasil penjurian UNESCO yang sidang penetapannya dijadwalkan digelar di Portugal pada September 2012. Namun, keelokan alam, jejak arkeologi dan geologi, serta kekhasan budaya masyarakatnya sudah layak untuk dikunjungi dan disebut taman bumi. (Mukhamad Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com