Jakarta, Kompas
Hingga tahun 2011 telah terbangun belasan jenis hotel murah dengan puluhan cabang hotel. Beberapa di antaranya Amaris Hotel, Formule 1, Paragon, Golden Boutique, Whiz Hotel, @Hom, dan Elty Hotel.
Geliat pertumbuhan budget hotel di Tanah Air mendorong AirAsia, perusahaan maskapai penerbangan bertarif murah asal Malaysia, mengembangkan Tune Hotels.
Sejak didirikan tahun 2007 di Malaysia, jaringan Tune Hotels telah berkembang di enam negara, yakni Malaysia, Indonesia, Inggris, Thailand, Filipina, dan Australia. Berikut petikan wawancara Kompas dengan Chief Executive Officer Tune Hotels Mark Lankester, di Jakarta, Selasa (4/9):
Apa rencana Tune Hotels di Indonesia?
Sejak tahun 2009, kami membangun dua hotel di Bali. Sekarang, kami memiliki 26 hotel yang beroperasi di enam negara, dan kini kami sedang membangun total 60 hotel.
Tahun depan, kami akan memiliki total 13 hotel di Indonesia, yakni di Jakarta, Bekasi, Surabaya, Pekanbaru, Makassar, Solo, Palembang, Tangerang, dan Bali.
Kami menargetkan membangun 50 hotel di Indonesia dalam kurun waktu 5-10 tahun dan masih akan terus bertambah. Investasi setiap hotel sekitar 5 juta dollar AS dengan jumlah sekitar 150 kamar.
Bagaimana konsep bisnis Tune Hotels?
Kami bukan hotel bintang lima, bintang empat, atau bintang tiga. Kami fokus menggarap pasar menengah yang besar. Bertumbuhnya usaha kecil dan menengah di Indonesia membuat semakin banyak orang butuh bepergian untuk bisnis dan pariwisata. Lokasi hotel yang strategis di pusat kota menjadi hal utama, dekat dengan tempat makan, pusat bisnis, dan hiburan.
Apa kaitan antara kinerja bisnis penerbangan AirAsia dan bisnis hotel Tune Hotels?
Penerbangan tarif rendah saat ini menguasai pasar penerbangan. AirAsia Group membawa penumpang dalam jumlah sangat besar, mencapai 35 juta-36 juta orang per tahun. Ini juga menunjukkan semakin banyak orang yang bisa bepergian dibandingkan dengan sebelumnya. Saat ini, orang bisa bepergian 6-7 kali per tahun.
Mentalitas kebutuhan hotel pun bergeser. Mereka yang bepergian dalam jumlah besar membutuhkan kamar-kamar hotel dengan tarif terjangkau, tetapi tetap nyaman. Konsumen semakin pintar dan lebih terencana. Mereka semakin punya banyak pilihan.
Pertumbuhan bisnis penerbangan dengan sendirinya akan menumbuhkan bisnis hotel. Ini merupakan simbiosis.