”Kami doakan semua peserta senantiasa dalam keadaan sehat dan selamat sampai di Pulau Komodo. Terima kasih kepada harian Kompas yang telah menggelar tur sepeda Bali-Komodo ini karena turut mengangkat pariwisata Kota Bima,” kata Qurais.
Ketua Panitia Kompas Jelajah Sepeda Bali-Komodo Jannes Eudes Wawa dalam sambutan mengatakan, sambutan dari Wali Kota dan masyarakat Bima terhadap kedatangan tim jelajah sepeda sungguh suatu kejutan besar.
”Memang, sejumlah pegiat sepeda dari Bima menyatakan keinginan untuk menyambut peserta Jelajah Sepeda Bali-Komodo, tetapi kami tidak menyangka ada sambutan semeriah ini. Kami berterima kasih kepada Wali Kota Bima dan masyarakat atas penyambutan ini,” kata Jannes.
Tim Jelajah Sepeda Bali-Komodo, kemarin, memasuki etape V dari Pidang, Kabupaten Sumbawa, menuju Kota Bima dengan jarak tempuh 136 kilometer (km). Etape ini merupakan etape terjauh dari tujuh etape yang ditempuh.
Peserta berangkat dari Pidang pukul 07.30 Wita dan tiba di Bima sekitar 18.30 Wita. Etape ini tergolong berat karena melewati belasan tanjakan, dua di antaranya cukup tajam dan jauh.
Selain itu, selama perjalanan, peserta lima kali diistirahatkan. Peserta biasanya beristirahat di tiap titik persinggahan lebih kurang 30 menit, tetapi di Dompu peserta beristirahat hingga dua jam. Hal itu dimungkinkan karena peserta dalam kondisi amat lelah. Apalagi pada etape sebelumnya, yakni etape IV untuk rute Sumbawa Besar-Pidang dengan jarak 119 km, perjalanan jauh dan cukup banyak menguras tenaga peserta.
Selain itu, hambatan lain berupa angin kencang dan cuaca panas terik hingga suhu 43 derajat celsius turut membuat peserta makin kelelahan. Apalagi pada etape V, peserta masih menghadapi jalan menanjak, yakni sekitar 30 km. Bahkan ada jalan menanjak yang kontinu hingga sekitar 7 km, yakni di kawasan puncak Nanga Tumpu, di Kabupaten Sumbawa.
Nanga Tumpu terletak sekitar 36 km dari Pidang. Ketika melintasi kawasan itu, peserta harus menggowes sepeda perlahan-lahan guna menghemat tenaga. Dari Kilometer 36 ketinggian mulai dari 40 meter di atas permukaan (dpl) laut dan hingga Kilometer 43 ketinggian mencapai 265 meter dpl.
”Medan di Nanga Tumpu untuk kalangan pemula memang tidak mudah, kemiringannya sekitar 12 derajat. Kalau yang sudah mahir, kecepatan bisa saja mencapai 15 km per jam,” kata I Made Karang (32), peserta jelajah sepeda dari komunitas sepeda Angry Bike Lombok, NTB.
Peserta pun menghadapi beratnya medan ketika mencapai puncak Nanga Tumpu dan meminta beristirahat sejenak kepada panitia. Di tempat itu pula mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berfoto dengan latar belakang lembah yang eksotik dan lautan yang biru memesona dari Nanga Tumpu.
Selama perjalanan Pidang-Bima, peserta juga merasa puas dengan panorama yang indah, seperti di Kilometer 30 dari Pidang, yaitu sebuah teluk dengan pantainya yang amat tenang, juga padang sabana yang membentang. Di Kilometer 37, peserta juga melintas di kawasan pohon jati yang khas.
Peserta juga menghadapi jalan menanjak kembali, meski tidak sepanjang di Nanga Tumpu, yakni di jalur memasuki Karaku, daerah perbatasan antara Kabupaten Dompu dan Bima, di Kilometer 81 dari Pidang. Tanjakan yang dihadapi berkelak-kelok dan yang terasa berat saat memasuki Karaku cuaca benar-benar panas terik, pukul 14.00.
”Yang membuat berat adalah angin kencang, cuaca yang panas sekali. Namun, kami juga senang sebab ternyata pemandangan alam dari barat ke kawasan timur makin indah, seperti di Sumbawa ini. Panorama seperti bukit-bukit yang gersang di musim panas ini menjadi karakteristik khas daerah ini,” kata Ernawati Bintoro (32), peserta jelajah sepeda dari komunitas sepeda Eiger Cycling Community Bandung.
Aristi Prajwalita Madjid (37), peserta jelajah sepeda dari komunitas Long Distance Cycle Community, mengungkapkan, angin kencang memiliki kekuatan justru lebih besar dari rintangan tanjakan.
Minggu (23/9) pagi ini, tim jelajah sepeda akan melanjutkan etape VI dari Bima-Labuan Bajo dengan jarak tempuh 57 km. Peserta akan menyeberang dengan feri dari Pelabuhan Sape. Direncanakan Wali Kota Bima M Qurais Abidin akan melepas peserta ke Labuan Bajo.
Dari Labuan Bajo dilaporkan, begitu tim jelajah sepeda turun dari feri, tim akan langsung disambut adat Manggarai yang disebut tuak curu. ”Tim akan dipandu ke sudut-sudut kota Labuan Bajo,” jelas Kepala Dinas Perhubungan dan Infokom Manggarai Barat Dominikus Damsut.(NIT/SEM/RUL/ANS/JAN)