Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Mandar, dari Perahu sampai Ular Piton

Kompas.com - 21/10/2012, 20:31 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Suku Mandar yang mendiami kawasan pesisir Provinsi Sulawesi Barat sejak lama terkenal sebagai pelaut ulung. Mereka mengarungi lautan Indonesia hingga ke Kalimantan bahkan ke daerah Nusa Tenggara dengan mengandalkan perahu layar tradisional.

Dengan penuh keahlian, nenek moyang suku Mandar hanya mengandalkan angin saat berlayar, serta keahlian membaca bintang. Kini, perahu-perahu layar tradisional itu sudah mengalami banyak perubahan. Tentu paling kentara adalah penggunaan motor di sandeq, perahu layar tradisional suku Mandar.

"Karena ujung layarnya runcing, makanya disebut sandeq," ungkap Firdaus Umar dari Museum Mandar Majene.

Namun ia menuturkan ada beberapa versi yang menyebutkan asal-usul nama sandeq tersebut. Badan perahu yang runcing di depan dan belakang juga menjadi versi nama sandeq. Sebab, sandeq sendiri berarti “runcing”.

Museum Mandar Majene berada di Jalan Raden Suradi Nomor 17, Pangali-ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Museum ini cocok menjadi tempat informasi untuk mengenal lebih dalam mengenai perahu tradisional suku Mandar.

Di sini, ada beberapa replika berbagai jenis perahu tradisional. Ada maket perahu body, yaitu perahu tanpa layar. Lalu, ada perahu layar dengan satu layar maupun dengan dua layar. Salah satunya adalah perahu lete', yang digunakan mengangkut barang antar pulau.

Walau bentuknya kecil, perahu lete' mampu menangkut barang hingga 15 ton. Perahu lete' ukuran besar bahkan memiliki daya angkut sebesar 50 ton. Ada pula maket perahu ba'go yang memiliki daya angkut hingga 100 ton dan menggunakan dua layar.

Museum tersebut juga menampilkan keunikan suku Mandar. Ya, tak hanya urusan laut, di museum ini terdapat beragam informasi mengenai kebudayaan suku Mandar. Pengunjung bisa mengenali pakaian adat, bentuk rumah, hingga peralatan rumah tangga.

Banyak yang tak tahu bahwa Majene adalah salah satu kota tua peninggalan Belanda di Indonesia. Di masa kolonial Belanda, Belanda mendirikan enam pusat pemerintahan di Pulau Sulawesi, salah satunya adalah Majene sebagai pusat pemerintahan Sulawesi Barat.

Tak heran, ada beberapa peninggalan bangunan Belanda. Salah satunya adalah Museum Mandar Majene yang berarsitektur khas Eropa tersebut adalah bekas rumah sakit. Rumah sakit itu dibangun pada tahun 1908 dan sekarang beralih fungsi menjadi museum.

Di salah satu ruangan, koleksi kedokteran peninggalan rumah sakit Belanda tersebut dipamerkan. Ruangan lain yang menarik adalah ular sawah yang diawetkan. Ular jenis piton tersebut ditangkap di Buttu Tupa' Allo pada 1 Januari 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com