Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Danau Batur, Riwayatmu Kini

Kompas.com - 28/10/2012, 08:43 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Beberapa tahun lalu, pemandu wisata dan sopir rental mobil, kerap menjauhkan turis yang dibawanya dari Danau Batur, Kintamani, Bali. Bukan bermaksud ambil untung. Sebaliknya, takut mengecewakan tamu.

Sudah menjadi pengetahuan umum kondisi wisata Danau Batur. Paling santer adalah ulah para pengemudi perahu motor. Selain kecantikan danau itu sendiri, Desa Trunyan yang berada di tepian Danau Batur memiliki daya tarik tersendiri. Untuk mencapai desa ini, wisatawan harus menyeberang menggunakan perahu bermotor.

Masyarakat Bali Mula atau Bali Aga yang mendiami Desa Trunyan memiliki keunikan tradisi tersendiri. Tempat pemakaman penduduk Desa Trunyan menjadi salah satu lokasi yang sering dikunjungi wisatawan. Jenazah yang dimakamkan tidak dikubur, melainkan diletakan begitu saja di atas tanah.

Beberapa pengemudi perahu sempat tenar dengan citra buruk. Dulu, beberapa wisatawan mengalami ulah mereka dengan menghentikan perahu di tengah danau. Pengemudi perahu baru mau menyalakan kembali perahu jika wisatawan membayar lebih dari kesepakatan harga sebelumnya.

“Danau Batur dulu dikenal kalau naik perahu, di tengah-tengah danau, mesin perahu dimatikan, dan penumpang diminta uang lebih baru mau dinyalakan lagi. Kita tengah berupaya menghapus citra tersebut,” kata Plh Sekretaris Daerah Kabupaten Bangli, Bagus Rai Darmayudha beberapa waktu yang lalu.

Apakah kondisi yang sama masih berlangsung? Pada awal September 2012 yang lalu, Kompas.com sempat berkunjung ke danau terbesar di Pulau Bali tersebut. Saat hendak menyeberang ke Desa Trunyan sambil menanti-nantikan momen perahu mendadak dimatikan, ternyata hal sebaliknya yang terjadi.

Perahu tetap melaju hingga ke Desa Trunyan dan begitu pula saat kembali menyeberang. Tak hanya itu, para penumpang juga diwajibkan mengenakan jaket pelampung. Jaket pelampung mungkin terkesan sepele, namun hal ini pun merupakan sesuatu yang baru di kawasan Danau Batur.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bangli, Wayang Gobang yang ditemui Kompas.com menuturkan bahwa sejak tiga belakangan, wisatawan yang naik perahu sudah diwajibkan mengenakan jaket pelampung.

Selain itu, masyarakat sekitar Danau Batur terus diberikan pembekalan agar menghentikan praktik menghentikan perahu di tengah danau untuk mendapatkan uang lebih. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli pun berani memberikan jaminan kepada wisatawan untuk tak perlu khawatir naik perahu di Danau Batur.

“Kami bisa berikan jaminan, jika ada perahu yang diberhentikan di tengah danau, kalau masih ada yang begitu, bisa complain langsung ke kami,” ungkap Wayan Gobang.

Dermaga kayu, tempat perahu-perahu motor bertambat, tampak tua. Ada batasan jumlah penumpang untuk masing-masing perahu.  Satu per satu wisatawan yang telah berjaket pelampung pun turun. Jaket-jaket itu memang masih berfungsi, walau sudah kusam tanda jarang dicuci.

Sore sudah menjelang, ketika perahu mulai membelah danau. Semilir angin dan dinginnya daerah Danau Batur mulai menusuk kulit. Namun, keindahan Danau Batur seakan membayar itu semua. Biru air danau, berpadu dengan hijaunya bukit, serta langit yang saat itu cerah.

Satu perahu bisa disewa dengan harga Rp 600.000 dengan kapasitas perahu bisa menampung hingga sepuluh orang. Namun, wisatawan yang datang sendiri atau dalam rombongan kecil tetap bisa naik, tentu dengan harga berbeda.

Baru-baru ini Kawasan Danau Batur ditetapkan sebagai Global Geopark Network atau taman bumi oleh UNESCO. Ini berarti Kawasan Danau Batur menjadi taman bumi pertama yang ditetapkan secara resmi oleh UNESCO.

Oleh karena itu, beberapa pembangunan untuk lebih mensosialisasikan Danau Batur sebagai geopark tengah dikembangkan. Sehingga pengunjung yang datang tak sekadar menikmati alam, namun juga mendapatkan informasi mengenai batuan, satwa endemik, dan hal-hal lain berkaitan dengan kawasan tersebut sebagai geopark.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com