Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Noken, Tas Anyaman Benang Asli Papua

Kompas.com - 12/12/2012, 17:45 WIB

Sesilia (40) memasukkan ujung benang ke lubang yang dianyam menjadi seperti mata rantai yang saling berkaitan, Rabu (5/12/2012). Di depannya terbentang tas yang setengah jadi. Kedua kakinya dipakai untuk membantu membuat tas yang di Papua dikenal dengan nama noken. Benang dianyam untuk membentuk tas. Tidak ada alat yang digunakan, hanya tangan dan pintalan benang.

Sesilia membuat noken sambil menunggui dagangannya di Pasar Mumanja Kowa, Desa Sohokanggo, Distrik Mandobo, Kabupaten Boven Digoel, Papua. Ia sama sekali belum mengetahui bahwa tas yang dianyamnya itu sehari sebelumnya di Paris, Perancis, ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Bagi dia, noken berarti penghasilan tambahan.

”Daripada mengantuk, sambil menunggu pembeli lebih baik menganyam noken,” kata Yakoba (34), pembuat noken lainnya.

Yakoba dan mama di sebelahnya, Godolifa (43), punya teknik berbeda dengan Sesilia. Mereka tak meregangkan tas dengan kedua kakinya, tetapi mengikat bagian tas yang sudah jadi menjadi bonggol untuk memudahkan proses menganyam.

Noken di wilayah ini kebanyakan dibuat dari serat kayu melinjo (Gnetum gnemon) yang oleh orang Boven Digoel disebut pohon genemo atau malinjau. Kulit kayu dijemur hingga kering. Serat itu dipilin di atas paha, disambung membentuk benang, lalu dianyam.

Untuk membuat satu noken, kata Sesilia, rata-rata ia memerlukan waktu seminggu. Satu noken dihargai hingga Rp 150.000 untuk ukuran sedang. Pembeli noken beragam karena tas itu bisa digunakan untuk membawa berbagai macam barang, seperti sayur, umbi-umbian, belanjaan, bahkan untuk gendongan bayi.

Di Boven Digoel, ada juga pembuat noken yang memanfaatkan pen untuk merajut benang. Namun, mereka memakai benang nilon warna-warni. Noken yang dibuat Sesilia, Godolifa, dan Yakoba berwarna putih tulang atau kecoklatan saja.

Di ambang kepunahan

Antropolog dari Universitas Cenderawasih, Papua, Frans Apomvires, mengatakan, noken kini di ambang kepunahan. Noken masih dipakai sebagai sarana pembawa, tetapi terbatas di kampung atau pedalaman. Di kota, noken hanya dipakai sebagai pajangan, simbol kepapuaan seseorang.

”Sayang, kenapa baru ditetapkan sekarang saat noken hampir punah. Namun, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Ini sangat baik bagi orang Papua,” kata Frans.

Menurut dia, dengan penetapan noken sebagai warisan budaya dunia, nama Papua kian terangkat. Ia pun berharap pemerintah menyiapkan kebijakan khusus terkait noken, baik dari aspek pelestarian maupun ekonomis, seperti saat batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia beberapa tahun lalu oleh UNESCO. Saat itu pemakaian batik digalakkan. Cara pandang masyarakat berubah, yakni memakai batik menjadi sesuatu yang membanggakan.

”Noken dipakai hampir oleh semua suku di Papua. Noken menjadi semacam simbol kesejahteraan,” ungkap Frans lagi.

Seperti batik, noken di Papua masih sangat berpeluang untuk dikembangkan, baik dari segi warna, motif, bentuk, maupun material bahan bakunya. Noken di Papua dibuat dari bagian tumbuhan, seperti akar anggrek hutan, kulit kayu berbagai pohon, daun kelapa, atau pelepah kulit sagu. Daya pakainya bisa mencapai tahunan. Proses pembuatan noken oleh mama-mama Papua atau pemakaian noken yang dibebankan di dahi juga menjadi pemandangan menarik yang berpotensi menjadi daya tarik wisata.

Semoga dengan penetapan noken sebagai warisan budaya dunia membuat noken-noken orang Papua ikut terisi. Kesejahteraan mereka terangkat. Ini tercapai jika ada kebijakan yang tepat dari pemerintah. (eki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com