Karolina Nieduza mengayunkan pecut ke arah bumi. Dalam gerakan yang halus dan sesekali melecut bumi, Karolina kemudian berjalan menaiki tangga Candi Sukuh di bawah langit yang mendung. Di puncak candi, berdiri sosok berkostum hitam yang diam bagai batu. Dalam kostum gaun putih berlilitkan selendang merah di pinggang ditambah ikan kepala dari bulu, Karolina melecutkan kembali pecutnya.
Sosok hitam lantas menuruni tangga diikuti Karolina yang terus mengayunkan pecut ke lantai candi seperti hendak mengusir sesuatu. Di satu titik, Karolina lantas menyodorkan kain hitam yang kemudian diikatkan di pergelangan tangan sang sosok hitam. Sosok hitam ini lantas menghilang menuruni candi disusul dengan kemunculan bocah cilik, Stasha Clark, yang membawa roti.
Apa yang dipertunjukkan Karolina adalah ritual menyambut tahun baru di negara asalnya, Polandia, yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk gerak. Ritual yang dilakukan pada tengah malam pergantian tahun lalu itu sangat jarang dilakukan lagi kecuali di desa-desa kecil di Polandia.
”Sosok hitam itu simbol dari tahun yang lama, sedangkan anak kecil adalah sosok tahun yang baru. Gerakan mencambuk melambangkan usaha untuk benar-benar memastikan tahun yang lama berlalu, dengan tidak lupa kita berterima kasih untuk menyambut tahun baru yang penuh harapan,” ujar Karolina seusai pertunjukan Srawung Seni Candi (SSC) #9 di hari kedua, Selasa (1/1) lalu.
Acara pertemuan seni tradisional dan kontemporer yang diselenggarakan pada 31 Desember 2012-1 Januari 2013 itu tentu tidak sekadar jadi pertunjukan seni, tetapi juga menawarkan dialog tentang gerak dan seni serta pesan akan kelestarian alam.
Kalau seperti Eko Supriyanto, Martinus Miroto, atau Fitri Setyaningsih dikenal sebagai penari profesional, Karolina adalah arkeolog asal Polandia yang tinggal di Inggris. Ia tengah menimba ilmu kepada Suprapto Suryodarmo, penggagas SSC, tentang gerakan dan tari untuk memperdalam kemungkinan menghubungkan kedua hal tersebut dengan arkeologi.
Gerak yang dimainkan Karolina seperti mengajak penonton yang sebagian besar warga di sekitar Candi Sukuh di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, berdialog.
Warga diajak melihat seni kontemporer, selain juga seni tradisi yang selama ini mereka kenal. Mereka diberi keyakinan, tak hanya penari profesional yang boleh menari di sana.
Siapa pun boleh menari dengan gerakan kreasi sendiri yang inspirasinya bersumber dari apa saja, termasuk candi, seperti ditunjukkan oleh penari Eko Supriyanto dengan karyanya