Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negeri Kemenyan dan Pesta Panen Ikan

Kompas.com - 16/01/2013, 15:15 WIB

Keberadaan hutan kemenyan milik masyarakat pun terus menyusut, terdesak aliih fungsi lahan untuk tanaman industri kertas. Luas hutan kemenyan di Sumatera Utara yang masih produktif saat ini tinggal 15 ribu hektar.

Lembah Bakkara

Panorama Lembah Bakkara yang memukau menjadi salah satu “aset” alam Kabupaten Humbang Hasundutan. Sekitar 30 menit berkendara dari Dolok Sanggul, penjuru ternikmat untuk memanjakan indera penglihatan dari atas Toba dapat dicapai.

Tujuh kabupaten di Sumatera Utara memiliki akses langsung ke Danau Toba, karena danau ini menjadi bagian dari wilayah mereka. Kamga pun terpana melihat indahnya alam Lembah Bakkara.

Lembah Bakkara menawarkan keelokan_Danau Toba dan menyimpan nilai sejarah perjuangan Sisingamangaraja- Dok._Kompas TV
Lembah Bakkara menawarkan keelokan Danau Toba dan menyimpan nilai sejarah perjuangan Sisingamangaraja. (Dok. Kompas TV)

Di balik pesona alamnya, Lembah Bakkara memiliki nilai penting dalam sejarah perjuangan di Tanah Batak. Bakkara merupakan pusat pemerintahan Sisingamangaraja. Istananya berlokasi di Desa Lumbanraja yang kini berganti menjadi Desa Simamora.

Dinasti Sisingamangaraja memerintah sejak pertengahan abad ke-16. Dari Sisingamangaraja 1 hingga 12 yang pernah bertahta, Raja Ompu Pulo Batu yang bergelar Sisingamangaraja 12 paling populer dan dikenal sebagai pahlawan nasional.

Di dalam istana ini terdapat dua makam raja, yaitu Sisingamangaraja X dan XI, sedangkan makam pahlawan Sisingamangaraja XII berada di Balige. Saat berkuasa, Sisingamangaraja 12 sudah memiliki stempel yang digunakannya saat berkirim surat kepada Belanda.

Bentuk stempel tersebut tertera pada dinding makam. Stempel bertuliskan aksara Batak dan Arab yang memiliki makna ‘Saya adalah Cap Tuan Singa Mangaraja yang bertahta di Bakkara’.

Sisingamangaraja XII dikenal sebagai Raja Kharismatik yang disegani. Ia menjadi panutan bagi raja-raja Batak di sekitarnya.

Lubuk Larangan

Kabupaten Mandailing Natal atau yang biasa disebut Madina tidak luput dari penjelajahan Kamga, pembawa acara program “Explore Indonesia” di Kompas TV, selama berada di Provinsi Sumatera Utara. Madina berada 480 kilometer dari Medan.

Dari Medan menuju ke Panyabungan, ibu kota Kabupaten Madina dapat ditempuh melalui perjalanan darat dengan berkendara selama 12 jam. Bisa juga melalui jalur udara dengan pesawat perintis selama 45 menit ke bandara terdekat di Aek Godang, Tapanuli Selatan. Perjalanan lalu dilanjutkan dengan mobil selama 3,5 jam ke Panyabungan.

Lubuk Larangan, sebuah tradisi yang diusung oleh masyarakat Madina, menjadi momen berharga yang terekam dalam eksplorasi Kamga. Tradisi yang digelar setiap tahun ini menggambarkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, serta kebersamaan.

Lubuk Larangan berarti sungai yang dilarang. Dalam tradisi ini, sesuai kesepakatan adat, masyarakat dilarang untuk mengambil ikan yang berada di lokasi lubuk larangan. Lamanya masa larangan berkisar antara 6 bulan sampai 1 tahun. Benih ikan pun disemai dalam masa larangan itu.

Peserta tradisi lubuk larangan_berlomba-lomba menangkap ikan di sungai - Dok. Kompas TV
Peserta tradisi lubuk larangan berlomba-lomba menangkap ikan di sungai. (Dok. Kompas TV)

“Kalau misalnya ada orang yang melanggar kesepakatan adat itu sanksinya apa?” tanya Kamga ke Sabaruddin, tokoh masyarakat setempat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com