Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transaksi Barter Warga Gunung dan Laut di Pasar Warloka

Kompas.com - 29/01/2013, 13:40 WIB

Setiap seminggu sekali warga gunung akan turun ke Pasar Warloka untuk menjual hasil bumi dan berbelanja barang kebutuhan mereka. Lokasinya sangat jauh, mereka bisa menempuh tiga hingga lima jam berjalan kaki.

Penduduk pegunungan harus berjalan kaki 4 jam untuk mencapai Pasar Warloka - Dok. Kompas TV
Penduduk pegunungan harus berjalan kaki 4 jam untuk mencapai Pasar Warloka. (Foto: Dok. Kompas TV)

“Saya tadi dari rumah jam satu malam, dan tiba di sini jam enam pagi. Saya berangkat membawa beras 100 liter atau sekitar 80 kg, dan sekarang balik bawa ikan, gula dan beberapa kebutuhan rumah tangga,” kata David Genaro, warga pegunungan.

Jelang siang hari, Pasar Warloka mulai sepi. Warga dari pegunungan kembali pulang berjalan kaki bersama kerbau mereka yang mengangkut barang belanjaan.

Warloka yang sekarang terpencil dan terisolasi, sebenarnya menyimpan sejarah masa lalu. Warloka diperkirakan merupakan tempat awal masuknya orang luar ke pulau Flores.

“Banyak peninggalan kuno, seperti gerabah, perhiasan, keramik China dan peninggalan zaman megalitik, ditemukan di Warloka,” kata Jatmiko, arkeolog dari Arkeologi Nasional (Arkenas).

Wisata Komodo

Selain Pasar Warloka, selama di Manggarai Barat, Kamga juga menjelajah ke Pulau Rinca dan Komodo. Ia menyaksikan komodo dari dekat di alam terbuka habitat asalnya.

Pengunjung selalu didampingi pemandu untuk menjaga keamanan- Dok. Kompas TV
Pengunjung selalu didampingi pemandu untuk menjaga keamanan. (Foto: Dok. Kompas TV)

Sempat menginap semalam di atas perahu, esoknya Kamga berkunjung ke Kampung Komodo, dan berkeliling menyimak kehidupan penduduknya yang hidup damai berdampingan dengan satwa purba.

Meski hidup dalam satu pulau bersama hewan liar yang buas dan mematikan, namun penduduk tidak merasa takut. Bahkan anak-anak bebas bermain di luar rumah.

Warga juga tetap beternak kambing dan membiarkannya berkeliaran bebas. Padahal tidak jarang komodo memangsa hewan ternak milik warga.

Warga membiarkan hewan ternak berkeliaran bebas meski kambing mereka sering dimangsa komodo - Dok. Kompas TV
Warga membiarkan hewan ternak berkeliaran bebas meski kambing mereka sering dimangsa komodo. (Foto: Dok. Kompas TV)

“Sudah ada 10 ekor kambing saya dimakan komodo. Sekarang kambing saya tinggal tiga ekor, kemarin baru dimakan satu ekor,” tutur warga bernama ibu Farida.

Penduduk Kampung Komodo, sejatinya bukan suku asli pulau tersebut. Menurut Kepala Desa, Dahlan, suku asli Komodo sudah punah. Dua warga suku Komodo asli yang terakhir sudah meninggal tahun 1980-an dan mereka tidak memiliiki keturunan.

Namun penduduk pendatang Kampung Komodo yang mayoritas keturunan Bugis, Sulsel dan Bima, NTB, kini sudah merasa dirinya sebagai Suku Komodo. Dalam keyakinan penduduk setempat, komodo terlahir dari rahim seorang manusia.

Mereka lahir kembar, yang satunya berwujud manusia, yang satunya berwujud komodo. Oleh karena itu, suku Komodo dan hewan komodo hingga kini tetap hidup berdampingan.

Ikuti perjalanan Kamga dalam program "Explore Indonesia" episode "Komodo" yang akan tayang di Kompas TV, pada Selasa (29/1/2013) pukul 21.00 WIB. (Kompas TV/Anjas Prawioko)

Ikuti Twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com