Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pegawai Menyegel Ruang Dirut Merpati

Kompas.com - 19/02/2013, 21:40 WIB
Fabio Lopes

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Forum Pegawai Merpati menuding Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Rudy Setyopurnomo, tidak melaksanakan Bussiness Plan (rencana kerja) yang sudah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, Menteri BUMN, Badan Pemeriksa Keuangan dan PT Garuda Airlines di masa manajemen yang lama yang berjangka waktu tahun 2011-2021.

Demikian disampaikan oleh I wayan Suarna, anggota Dewan Pembina Pengurus Pusat FPM setelah bersama rekan-rekannya melakukan aksi penyegelan ruang direksi utama PT Merpati Airlines  semenjak pukul 08.00 di Kantor Pusat PT Merpati Airlines, di Kemayoran Jakarta Pusat pada Selasa  (19/2/2013).  

Menurut Suarna, rencana kerja yang tidak dilaksanakan oleh Rudy itu adalah mengusahakan penyertaan modal negara untuk melakukan pengadaan lima buah pesawat.

Padahal rencana itu sangat penting untuk meningkatkan profit perusahaan.  "Dalam bisnis dunia penerbangan, rencana kerja yang paling utama adalah melakukan pengadaan pesawat.

Dengan hadirnya banyak pesawat itu bisa menutupi total biaya pengeluaran sebesar Rp 150 miliar perbulan," jelas Suarna. Suarna memaparkan bahwa pada Maret tahun 2011, pihak manajemen lama sudah mengajukan dana sebesar 600 milyar kepada Tim Rekstrukturisasi dan Revitaliasi untuk melakukan pengadaan pesawat.

Pengajuan tersebut baru disetuji  pada bulan November 2011 sebesar 561 miliar untuk pengadaan pesawat dan pembayaran utang. Akibatnya keterlambatan itu, PT Merpati terpaksa mengalami kerugian sebesar Rp 700 miliar.  

Pada awal tahun 2012, pihak manajemen yang lama kembali mengajukan permohonan bantuan dana kepada  Tim Rekstrukturisasi dan Revitaliasi sebesar Rp 250 miliar.

Namun sebelum dana tersebut dicairkan, mantan Dirut PT Merpati Nusantara Airlines Sardjono Jhony Tjitrokusumo sudah mengundurkan diri.

Semenjak Merpati dibawah kepemimpinan Rudy, upaya untuk meminta penyertaan modal negara demi pengadaan pesawat, ditolaknya. Padahal jumlah pesawat yang dimiliki Merpati hanya tujuh buah.

"Namun ketika dia melihat Merpati mengalami kerugian besar yang mencapai Rp 1 triliun pada tahun 2012. Dirinya ingin kembali berniat meminta bantuan dana dari pemerintah, tetapi usahanya ditolak Tim Rekstrukturisasi dan Revitaliasi karena tidak mampu menjelaskan secara detail rencana penggunaan dana tersebut untuk menyelamatkan Merpati," ungkap Suarna         

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com