Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Banjarnegara Ahmad Lani, Minggu (21/4), menuturkan, gempa pada Jumat malam diikuti 10 kali gempa susulan. ”Gempa akibat bergesernya sesar di Kabupaten Batang. Skala gempa paling besar 4,8 skala Richter, diikuti gempa susulan dengan kekuatan 2,6-3,8 skala Richter. Gempa terakhir terjadi pada Sabtu pagi, dan hingga kini gempa tektonik tidak terdeteksi lagi,” katanya.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menyatakan, Minggu pukul 06.00-12.00 terjadi satu kali gempa vulkanik dangkal dan tiga kali gempa vulkanik dalam.
Menurut Surono, warga Dieng yang mengungsi akibat gempa dapat kembali ke rumah dengan syarat di lokasi hunian tidak ada rekahan yang berpotensi bahaya.
Masyarakat juga diminta tidak menghuni rumah di kaki lereng yang bagian atasnya telah retak akibat guncangan gempa.
Berdasarkan laporan Tim Tanggap Darurat Gunung Dieng, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dampak krisis gempa bumi dan aktivitas vulkanik Gunung Dieng, jumlah pengungsi 3.247 orang. Sebanyak 17 rumah rusak berat, 9 rumah rusak sedang, dan 23 rumah rusak ringan.
Krisis kegempaan Dieng pukul 19.00-19.25, terekam 86 kali gempa dengan amplitudo maksimum 10-100 mm, lama gempa 10-70 detik. Gempa terasa hampir di seluruh Pegunungan Dieng dengan skala MMI III-V. Getaran gempa terasa hingga Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bantuan dana siap pakai Rp 2,5 miliar yang diserahkan ke BPBD Jateng dapat digunakan untuk operasional penanganan darurat.
Di lapangan, warga Dieng mengharapkan bantuan pemerintah untuk perbaikan rumah yang rusak akibat gempa. Sebagian dari mereka belum pulang dari pengungsian karena tempat tinggal sudah tidak layak dan membahayakan.