SHIRAKAWA, KOMPAS.com - Menjadi negara maju tidak membuat Jepang mengabaikan warisan budayanya. Salah satu contohnya adalah bagaimana negara ini menjaga desa-desa berusia ratusan tahun dan mempertahankan bangunan aslinya yang sangat unik.
Shirakawa-go, salah satu desa di Prefektur Gifu, menjadi salah satu buktinya. Rumah-rumah di desa itu berusia sekurangnya 200 tahun dan memiliki ciri yang unik, yakni atap rumahnya yang membentuk segitiga sama kaki yang dibuat dari jalinan jerami yang ditumpuk hingga tebal.
Atap model seperti ini disebut gassho-zukuri, yang bila diterjemahkan berarti "tangan yang berdoa". Pembangunan atap seperti itu bukan sekadar untuk keindahan, tetapi untuk menghadapi iklim keras di daerah itu.
Terletak di lembah Sungai Shogawa dan dikelilingi pegunungan, Shirakawa-go selalu mengalami musim dingin dengan hujan salju yang hebat. Dengan atap yang memiliki kemiringan sekitar 60 derajat itu, tumpukan salju cepat runtuh.
Perancang rumah gassho-zukuri di masa lampau memang memikirkan bentuk rumah dengan kondisi alam. Salah satunya adalah semua atap rumah di desa itu menghadap ke timur dan barat. Ini bertujuan salju yang menumpuk segera bisa mencair ketika terkena matahari.
Karena atap menghadap arah matahari, semua ventilasi yang terletak di loteng mengarah ke selatan dan utara. Dengan begitu aliran udara dan angin bebas keluar masuk sehingga menciptakan sistem ventilasi yang terbaik.
Seperti kebanyakan rumah tradisional Jepang lainnya, rumah gassho-zukuri menggunakan kayu. Uniknya, untuk menyatukan antara bagian satu dengan yang lain tidak satupun paku yang digunakan. Semua disatukan dengan tali yang terbuat dari jerami yang dijalin atau neso, istilah untuk menyebut cabang pohon yang dilunakkan.
Warisan Dunia
Sejak Desember 1995 lalu, Shirakawa-go, bersama dua desa serupa di Gokayama, ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh Unesco. Menurut Staf Senior Divisi Promosi Pariwisata Kantor Desa Shirakawa, Tamao Ohzawa, dengan status sebagai warisan budaya dunia itu, warga Shirakawa tidak bisa sembarangan merenovasi rumah mereka. "Pemerintah membuat peraturan untuk mempertahankan kelestarian rumah-rumah di desa ini," jelas Ohzawa.
Peran pemerintah, baik pusat, tingkat prefektur, maupun lokal, sangat diperlukan dalam menjaga warisan leluhur itu. Terutama dalam hal pendanaan. "Pemeliharaan saja sudah cukup mahal," ungkap Ohzawa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.