Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terima Kasih, Lumba-lumba...

Kompas.com - 11/06/2013, 13:59 WIB

Salah seorang ketua organisasi dolphin Lovina Bakti Segara, Ketut Sudiasa (42), memiliki 36 kapal. Ia optimistis bisnis wisata lumba-lumba ini abadi.

Daya tarik lumba-lumba yang booming pada 1980-an begitu merayap ke warga kawasan Lovina dan sekitarnya. Harga tanah-tanah kawasan Lovina mulai meroket hingga Rp 30 juta per are dari kurang separuhnya lima tahun lalu.

Perjalanan dari Kota Denpasar mencapai sekitar tiga jam melalui jalanan berkelok-kelok kawasan Bedugul, Kabupaten Tabanan. Pemandangan alam pegunungan, terasering sawah, serta Danau Batur dan Tamblingan mewarnai perjalanan menuju Lovina.

Letaknya juga hanya sekitar 20 kilometer dari pusat kota Buleleng, Singaraja. Lokasinya mudah dicari.

Lagi-lagi, gara-gara lumba-lumba. Pasek Kistawan (26), lelaki asal Desa Grogak, yang lokasinya tak jauh dari Lovina, pun ingin ikut menikmati pariwisata Lovina.

Empat tahun lalu, ia menerima tawaran menjadi instruktur lumba-lumba di Hotel Melka Excelsior. Hotel ini satu-satunya penginapan dari 81 hotel berbintang dan 2 hotel melati yang memiliki lima lumba-lumba. Setiap hari pihak hotel menggelar atraksi dua lumba-lumba sekitar 15 menit mulai pukul 09.00.

Bahkan, dua lumba-lumba lainnya menemani tamu berenang dengan membayar sekitar Rp 65.000 per orang. Sementara satu ekor lainnya menemani para anak-anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan terapi.

Kistawan membutuhkan waktu setahun untuk berlatih memahami dan belajar bahasa lumba-lumba bersama instruktur senior yang didatangkan dari Australia oleh pihak hotel. Mulai mengajak bermain, memberikan makan sedikitnya 5 kilogram ikan kembung untuk satu lumba-lumba, sampai mengobatinya. Ia menerima gaji sekitar Rp 1 juta per bulan dan sangat menikmati pekerjaannya.

Desa Kalibukbuk yang menjadi sentra wisata dari enam desa yang masuk kawasan Lovina (Desa Pemaron, Desa Tukad Mungga, Desa Anturan, Desa Kalibukbuk, Desa Kaliasem, dan Desa Temukus) ditinggali sekitar 6.000 orang. Selain pariwisata, penduduk juga bergantung pada pertanian, perikanan laut, dan pekerjaan lain, seperti buruh bangunan. Rata-rata pendidikan penduduknya mulai membaik menjadi sekolah menengah atas (SMA).

Perbekel Kalibukbuk, Made Sutama berharap pemerintah kabupaten dan provinsi membantu dalam pengelolaan pariwisata. Ia bersama warga setempat ingin bisa dibina bagaimana cara menata dan mengelola pariwisata dengan baik serta terkoordinasi.

”Kami berada di Bali bagian utara juga ingin maju seperti di Bali bagian selatan. Kami ingin seperti kawasan wisata di Sanur yang tertata dan melibatkan masyarakat lokal,” ungkapnya.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng berjanji membangun beberapa fasilitas yang menunjang pariwisata setempat. Tentu saja perlahan, masyarakat berharap adanya perhatian demi keberlangsungan hidup mereka dari pemerintah.

Berkat lumba-lumba, perekonomian masyarakat lokal tumbuh. Lovina semakin dikenal. Terima kasih, lumba-lumba.... (AYU SULISTYOWATI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com