Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelajah Kuliner Jepang-Korea

Kompas.com - 16/06/2013, 15:54 WIB

DI banyak kota besar di Indonesia, kita dengan mudah menemukan hidangan dari sejumlah daerah lain bahkan negara lain. Di antara kuliner mancanegara itu, hidangan Jepang dan Korea juga populer dan tidak hanya ada di restoran atau hotel berbintang. Kuliner kedua negara Asia Timur itu relatif mudah ditemukan di restoran kecil, bahkan di pinggir jalan.

Kuliner Jepang lebih dulu populer di Indonesia ketimbang kuliner Korea. Sebut saja ramen, udon, soba, sushi, onigiri, dorayaki, takoyaki, okonomiyaki, teriyaki, dan yakiniku. Masakan Jepang cukup gampang diterima lidah Indonesia karena berbahan dasar sama dengan makanan Indonesia dan dianggap sebagai makanan sehat.

Sementara hidangan Korea menjadi populer setelah drama, film, dan musik ”Negeri Embun Pagi” ini mendunia, termasuk di Indonesia. Mungkin, paling terkenal di antara semua hidangan Korea adalah kimchi. Itu lho, sayuran yang difermentasikan dengan bumbu, antara lain garam, bawang putih, kecap asin, udang atau ikan, dan cabai merah bubuk.

Sama seperti kuliner Jepang, kuliner Korea pun dapat diterima lidah Indonesia meski berbumbu lebih tajam ketimbang hidangan Jepang. Begitu pula dengan tata cara makan kedua negara tersebut dengan sumpit.

Namun, sedikit berbeda dengan tata cara makan Jepang yang membolehkan mengangkat mangkuk nasi saat makan, dalam tata cara makan Korea, mangkuk nasi tidak boleh diangkat dan harus selalu menempel di meja. Selain itu, orang Jepang makan nasi dengan sumpit, sedangkan orang Korea makan nasi dengan sendok.

”Pelanggan kami menganggap hidangan Jepang seperti sushi dapat dinikmati kapan saja. Tinggal memilih porsi dan jenis sushi sesuai waktu makan yang dia inginkan. Bagi mereka, hidangan Jepang cocok dinikmati siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, karena tidak pedas,” kata Widyoko Sumantri, pemilik Restoran Sushi Kampoeng di Kalimalang, Jakarta Timur.

Restoran tersebut didirikan istrinya, tetapi kini dikelola anaknya, Bojes Jisindo Beaugeste, penyanyi yang juara ketiga Akademi Fantasi Indonesia 2005.

Mi dan nasi

Seperti banyak negara lain di Asia, bangsa Jepang mengenal mi melalui bangsa China. Mereka memiliki menrui alias keluarga mi yang meliputi ramen, udon, dan soba. Mi biasanya disajikan bersama kuah panas yang terbuat dari kaldu. Namun, ada pula udon yang disajikan dingin.

”Makanan Jepang pertama yang saya makan adalah ramen. Ibu saya yang memperkenalkan hidangan tersebut,” kata Ghea Fawwaza Fissabilillah, siswa kelas akselerasi 1 SMA Lab School Rawamangun, Jakarta Timur.

Sejak itu, Ghea suka dengan makanan Jepang dan senang mencicipi udon serta sushi. Menurut dia, makanan Jepang tidak terlalu jauh berbeda dengan makanan Indonesia, hanya bumbunya ringan dan tidak menyengat lidah.

Begitu pula dengan Nurjihan Fahira, siswa kelas XI IPA SMA Negeri 78, Jakarta Barat. Dia baru mengenal masakan Jepang sekitar setahun lalu. Walaupun semula merasa aneh dengan hidangan ikan mentah seperti sashimi, Jihan tidak kesulitan beradaptasi rasa. Dia menyukai hidangan tersebut.

”Ternyata ikan mentah enak juga. Sejak itu saya berani mencoba makanan mentah lainnya. Misalnya sushi dengan ikan matang atau mentah tidak masalah bagi saya,” kata Jihan yang juga suka ramen itu.

Bagi bangsa Jepang, nasi adalah makanan pokok, sama seperti umumnya bangsa-bangsa di Asia. Nasi Jepang sedikit berbeda dengan nasi lainnya karena lebih lengket sehingga mudah dimakan dengan sumpit. Nasi Jepang terbuat dari beras jenis japonica yang berbentuk pendek dan lonjong membulat. Sementara nasi di Indonesia dan Asia umumnya berasal dari beras jenis indica.

Makan tradisional Jepang yakni semangkuk nasi putih dengan lauk utama (ikan atau daging), lauk pelengkap (sayuran), sup (sup miso), dan acar sayur. Namun, dalam perjamuan lengkap nasi biasanya dihidangkan terakhir setelah sup, sayuran mi, makanan utama, bahkan hidangan penutup. Nasi untuk mereka yang masih lapar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com