Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Rekreasi Rakyat yang Mendunia

Kompas.com - 17/11/2013, 09:16 WIB
PULUHAN tahun silam, pesona alam di kaki Gunung Panderman, memikat De Ruyter de Wildt, warga Belanda, yang kemudian membangun tempat peristirahatan di Kota Batu, Jawa Timur. Tempat itu selanjutnya berkembang menjadi Taman Rekreasi Selecta. Meskipun mendunia, taman itu tetap merakyat, karena tarifnya relatif murah.

Matahari bertengger di atas kepala, ketika memasuki kawasan wisata alam Selecta, beberapa waktu lalu. Obyek wisata yang dibangun pada 1930 ini dipenuhi ribuan pengunjung dari pelbagai penjuru kota, seperti Malang, Surabaya, Kediri, hingga turis-turis asing seperti dari Belanda, Jerman, dan Australia.

Sejauh mata memandang, area parkir pun padat oleh aneka moda transportasi. Dari yang sederhana seperti sepeda motor, mobil pribadi, hingga bus pariwisata. Kendaraan itu mengantar wisatawan dari beragam tingkatan usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga usia lanjut.

Mereka tak hanya datang sendiri, tetapi juga ada yang bersama teman, berpasangan ataupun berombongan. Semakin siang, suasana Selecta semakin riuh.

Dengan merogoh kocek Rp 15.000 per orang, pengunjung bisa melepas penat di taman rekreasi yang pernah dikelola oleh warga negara Jepang bernama Hashiguchi ini. Dibandingkan tempat rekreasi lainnya di Batu seperti Jatim Park yang harga tiket masuknya Rp 75.000 per orang, maka tarif Selecta ini relatif murah, dan bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat.

Pengunjung terus naik

Direktur PT Selecta Sujud Hariadi mengatakan, jumlah pengunjung rata-rata setiap tahu mencapai 500.000 per tahun. Tingkat kunjungan terus menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun. Jika pada 2011 lalu angkanya 475.211 orang, di penghujung 2012 lalu, jumlahnya membengkak jadi 529.235 orang atau naik 11,4 persen.

”Kami tak menampik, tarif murah itu merupakan salah satu daya tarik masyarakat untuk datang, dan datang lagi meskipun berombongan. Dengan tarif itu, warga dari segala lapisan bisa menjangkaunya,” ujar Hariadi.

Selain murah, Selecta juga tempat rekreasi keluarga yang hangat dan ramah. Pengakuan itu setidaknya disampaikan Ridwan (36), pengunjung asal Surabaya. Ridwan datang bersama istri, anak, serta kedua orangtuanya. Karyawan bank swasta itu menggelar tikar di atas rerumputan hijau, di bawah naungan pohon rindang sambil menikmati nuansa alam yang sejuk dan tenang.

Menjelang siang, mereka terlihat menyantap makanan yang dibawanya dari rumah. Canda tawa dan obrolan ringan pun tiada henti mewarnai kehangatan keluarga itu. Apalagi ditimpali dengan kicauan burung.

”Di tempat wisata lain, pengunjung tak diizinkan membawa makanan dan minuman dari luar. Tetapi, di sini, kami bisa membawa bekal makanan sehingga serasa di rumah sendiri. Tak hanya hemat, tetapi juga nikmat karena masaknya pakai kasih sayang,” ujar Ridwan tersenyum.

Kawasan wisata di ketinggian 1.150 meter di atas permukaan laut ini memiliki pesona alam yang luar biasa menawan. Sebab, lokasinya diapit empat gunung, yakni Welirang, Arjuna, Panderman, dan Anjasmoro.

Pesona alam itu semakin lengkap dengan tumbuhnya bunga-bunga eksotis yang memenuhi taman-taman tematik. Salah satunya bunga kana yang dijuluki sebagai ”tulip Asia”. Bunga cantik ini juga tergolong langka karena tidak bisa hidup di sembarang tempat.

Selain bunga, Selecta yang sejak tahun 1950 kepemilikannya diambil alih oleh masyarakat desa ini, memiliki kekhasan tanaman lumut yang tumbuh subur di permukaan batu besar. Setidaknya ada dua batu yang menjadi media tumbuh tanaman khas daerah pegunungan ini, dengan usia tanaman lebih dari 83 tahun.

Taman rekreasi bersuhu udara 15-25 derajat celsius ini juga dikenal dengan kolam renangnya yang diisi langsung dari air pegunungan sehingga segar dan jernih. Kejernihannya sungguh alami, dan tanpa sentuhan penjernih artifisial berbahan kimia sehingga aman bagi kesehatan anak-anak atau bayi sekalipun.

Jejak proklamator

Pesona Selecta yang sangat beragam membuat pengunjung tak puas menikmatinya jika hanya sebentar. Namun, jangan khawatir, bagi yang ingin mengeksplorasi lebih jauh, pengunjung bisa menginap. Taman rekreasi yang sahamnya dimiliki 1.110 orang berdomisili di Malang raya ini juga menyediakan hotel dengan fasilitas 60 kamar.

Walaupun fasilitas hotelnya masih kelas melati, tetapi nyaman dan bersih. Tak hanya itu, di hotel ini terdapat juga wisata sejarah. Sebab, tempat ini pernah ditinggali dua tokoh besar proklamator bangsa Indonesia yakni Soekarno dan Mohammad Hatta.

Jejak Soekarno bisa dilihat di vila De Brandarice (kini, kamar Bhima Sakti). Di vila ini, pada tahun 1942, Bung Karno merenung dan melahirkan pemikiran-pemikiran besar bagi bangsa Indonesia.

Vila De Brandarice terletak di antara pemandian dan hotel yang menempati titik tertinggi di Selecta. Bangunan berarsitektur Belanda seluas 7x5 meter ini merupakan tempat paling indah. Sebab, dari teras, kepulan asap belerang dari Gunung Arjuno terlihat jelas.

Keindahan alam itulah yang memikat Soekarno. Pada 1946, ia kembali lagi dan mengajak ibu Fatmawati dan putranya. Selain berlibur, ”Putra Sang Fajar” juga berkunjung ke rumah-rumah penduduk desa.

Pada tahun 1956, giliran Bung Hatta yang datang ke Selecta. Jejak ”Bapak Koperasi” itu terlihat dari tulisan yang ditinggalkannya. Isinya, permintaan untuk membangun Selecta berangsur-angsur dengan tenaga sendiri dan pendapatan sendiri sehingga dapat dibanggakan sebagai suatu pembangunan yang terus berkembang.

Keindahan alam Batu merupakan aset bagi masa depan Selecta. Untuk itu, Selecta berupaya menjaga kelestarian dengan mempertahankan kawasan hutan. Namun, kerja sendiri tak cukup. Sebab, kelestarian butuh kerja bersama, terutama peran pemerintah daerah. (Runik Sri Astuti dan Dody Wisnu Pribadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com