Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelangi di Cigondewah

Kompas.com - 05/07/2014, 15:35 WIB
Oleh: Samuel Oktora

ADA pelangi di Desa Cigondewah, Bandung. Pendaran warna-warni itu tidak di langit, tetapi di sungai, yang menjadi tempat pembuangan limbah industri tekstil. Bandung yang dianggap terdepan dalam pengembangan ekonomi kreatif, ajang anak muda melahirkan inovasi di bidang ”fashion”, desain, musik, tampaknya harus menambahkan soal lingkungan sebagai catatan kaki.

”Dulu air sungai bersih dan bening banget. Sawah subur, dengan sikap penduduk yang sangat kultural, dekat dengan alam. Desa ini dikelilingi desa-desa adat,” kata seniman yang juga pengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Tisna Sanjaya. ”Kini sungai jadi septic tank terpanjang. Lumbung padi jadi lumbung plastik. Sawah jadi pabrik-pabrik Korea.”

Itulah kritik Tisna terhadap glorifikasi industri di Bandung. Ketika orang bicara mengenai ekonomi kreatif, youth culture, fashion, musik, pasti Bandung menjadi salah satu acuan. Menurut Tisna, hegemoni modal telah membuat orang kurang memperhatikan apa yang terjadi di bawah permukaan. Atau, katakanlah, mungkin kita hanya mengenal gemebyar Paris van Java dan abai terhadap konsekuensi-konsekuensi dari hegemoni kebudayaan seperti diteorikan Gramsci.

Ruang terbuka

Asosiasi Bandung sebagai pusat ekonomi kreatif makin kuat, terlebih dengan wali kotanya yang sekarang, Ridwan Kamil. Arsitek, ahli tata ruang, Ridwan, atau panggilan akrabnya Emil, adalah pemenang Young Creative Entrepreneur tingkat internasional tahun 2006 yang diselenggarakan British Council.

Emil dikenal dengan langkah-langkah penataan ruang terbuka bagi warga. ”Kami (Pemkot) terus melakukan pembelian tanah untuk ruang terbuka hijau dan pembuatan taman di tiap RW. Ruang publik penting bagi warga berinteraksi agar peradaban Bandung terus berkembang,” kata dia. Untuk lingkungan ini, Emil juga membuat gerakan sejuta biopori selain memulai gerakan memungut sampah yang dilakukan tiap Senin, Rabu, dan Jumat.

Dia dorong pula pelaksanaan festival kuliner dengan target semua camat menggelar festival kuliner secara rutin di wilayah masing-masing. Itu dimaksudkan untuk mendukung Bandung sebagai tujuan kuliner Indonesia. Saat ini, festival kuliner yang sudah digelar antara lain di Braga, Cibadak, Lengkong, Panyileukan, Cibiru, dan Ujung Berung.

Secara demografis, penduduk Kota Bandung, yaitu sekitar 2,5 juta jiwa, 60 persen berusia di bawah 40 tahun. Dengan demikian, Bandung memang kota anak muda. Jumlah sekolah pendidikan tinggi sekitar 80 lembaga. Potensi kalangan muda itulah yang menjadi perhatian Ridwan Kamil.

”Ini yang membedakan Bandung dengan kota lain, seperti Jakarta, misalnya, sebagai kota industri atau korporasi,” ucap dia.

Dalam hubungan dengan British Council pula, dulu sebuah lembaga swadaya masyarakat bernama Common Room memetakan kantong-kantong kreatif. Salah satu proyeknya kawasan Ujung Berung. Di situ sebagian besar anak muda bergelut di industri semacam musik, dari bermain band sampai melakukan rekaman di studio yang banyak terdapat di Ujung Berung, industri kaus, penerbitan, dan lain-lain. Berbagai aliran musik rock berkobar di sini: metal, death metal, heavy metal, grindcore, dan seterusnya.

Tita Larasati, Sekretaris Umum Bandung Creative City Forum, menggarisbawahi banyaknya perguruan tinggi di Bandung, di mana di antara mereka memiliki jurusan arsitektur dan seni yang kuat. ”Banyak ide kreatif diekspresikan lewat seminar, pelatihan-pelatihan, fashion, dan musik. Dari situ terbentuk youth culture,” kata Tita.

Bersama Pemerintah Kota Bandung, Tita menjadi anggota tim yang tengah memperjuangkan ke UNESCO agar Bandung masuk dalam jejaring kota kreatif dunia untuk kluster desain.

Dilema modernitas

Di antara hiruk-pikuk anak muda ini, betapapun ada yang menyoroti dilema antara tradisi dan modernitas di Bandung. Agung Hujatnika Jenong, pengajar Manajemen Seni dan Sosiologi Seni di ITB, mencoba membandingkan Bandung dengan Yogyakarta. ”Berbeda dari Yogya, di Bandung seni atau kerajinan yang berbasis tradisi tidak menonjol,” kata Jenong.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com