Ia menunjuk foto seorang gadis berkulit putih, berambut pirang, dan hidung mancung mengendarai motor gede. ”Dia anak pertama putri saya,” kata Serly di Pendolo, Kecamatan Pamona Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (26/8/2014). Senyumnya mengembang.
Lembar demi lembar kalender itu dibuka. Ada foto ia dengan menantunya yang jangkung berpelukan di sebuah bandar udara. Terdapat pula foto ia berpose berdampingan dengan besan perempuan.
Serly adalah pemilik Penginapan Victory di tepi Danau Poso di Pendolo. Tidak ada yang spesial dengan penginapan itu. Wujudnya seperti rumah tinggal. Namun, putri sulungnya menikah dengan warga Swiss. Itu terjadi pada tahun 1998.
”Anak saya ngobrol dengan pemuda itu. Tiba-tiba ia bilang mau menikah dengan anak saya,” kata Serly.
Pemuda itu pun pulang ke Swiss memberi tahu keluarganya. Enam bulan berselang, calon menantunya datang bersama orang tua untuk melamar putri Serly.
Setelah itu, dua karyawati penginapan juga ke Eropa. Seperti putri Serly, mereka menikah dengan warga asing.
Kisah asmara di tepi Danau Poso bagian selatan itu menandai kejayaan wisata. Sebelum kerusuhan Poso (1998-2001) pecah, wisatawan mancanegara membanjiri Pendolo, terutama pada bulan Juni. Penginapan Serly yang punya 8 kamar besar selalu penuh.
”Belum menurunkan tas dari bus, mereka sudah berebut kunci kamar. Banyak juga yang tidur di ruang tamu dengan alas matras seadanya,” ujarnya.
Kisah sama diungkapkan Markus (56), pengelola Hotel Mulia yang berjarak 1 kilometer dari Penginapan Victory. Pada Juni, semua kamar terisi. Wisatawan yang tak kebagian kamar membuka tenda di tepi danau untuk beristirahat.
”Waktu itu kami menawarkan paket wisata, mulai dari Bancea, tracking ke sejumlah gua, hingga ke lokasi megalit di Besoa, Napu, dan Bada,” ujar Markus.
Kejayaan wisata Danau Poso kini tinggal kenangan. Hotel dan penginapan di Pendolo pun senyap. Di Penginapan Victory, wisatawan mancanegara yang menginap tidak lebih dari 10 orang setiap tahun.
Menyusuri tepi Danau Poso di Pendolo, kejayaan wisata tampak tersisa pada dermaga kayu yang terbengkalai. Tiangnya membusuk, lantai papannya terbongkar. Jalur wisata Pendolo-Tentena telah mati.
Kehadiran jalan Trans-Sulawesi yang menghubungkan wilayah utara dan selatan Poso turut mematikan jalur wisata itu.
Strategis
Danau Poso menyimpan sejuta pesona. Danau yang berada di ketinggian 657 meter di atas permukaan laut dengan luas 512 kilometer persegi berselimut pasir kuning keemasan di tepinya. Kulminasinya sempurna di Siuri, Kecamatan Pamona Puselemba, tak jauh dari Tentena.
Danau ketiga terluas setelah Danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Singkarak di Sumatera Barat ini memiliki air sangat jernih hingga tampak membiru. Kejernihan ini akan ”langgeng” karena budidaya karamba masih sedikit.
Di sekitar danau, terdapat berbagai obyek wisata yang menawan, mulai dari Taman Wisata Alam Bancea, Gua Pamona di Tentena, hingga Air Terjun Saluopa yang berundak-undak.
Secara statistik, kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi Tengah pada 2012 hanya 9.255 orang. Angka ini naik sedikit dari tahun sebelumnya, 7.163 orang. Wisatawan dengan destinasi utama Danau Poso masih sekitar 1.000-an orang.
Kondisi ini disadari Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Poso Putera Botilangi. Di sela-sela pembukaan Festival Danau Poso pada 29 Agustus-1 September, ia menyatakan, sektor wisata sedang dibenahi. Promosi akan dilakukan secara terstruktur, masif, dan sistematis.
Pada Oktober akan digelar acara ”Semalam di Danau Poso” di Denpasar, Bali, untuk menggaet wisatawan mancanegara. Tahun depan, dinas akan menggelar roadshow ke berbagai kota, antara lain Makassar, Pare-pare, Tana Toraja di Sulawesi Selatan; Manado dan Tomohon di Sulawesi Utara; Surabaya (Jawa Timur), dan Yogyakarta.
Jalur Pendolo-Tentena akan dihidupkan kembali. Dermaga di Pendolo akan diperbaiki. Dermaga wisata juga akan dibangun di kampung-kampung sekitar danau. Warga kampung dilatih untuk mengembangkan kerajinan khas sebagai suvenir. Kapal-kapal wisata diperbanyak. ”Tentu kami membutuhkan partisipasi swasta,” kata Putera.
Koming Satige, pemilik hotel di Tentena, berharap pemerintah lebih kreatif mengemas Festival Danau Poso dan acara promosi wisata. Acara berskala nasional harus diselenggarakan, antara lain dengan jelajah sepeda mengelilingi Danau Poso dan lomba perahu layar yang melibatkan provinsi lain.
Keindahan Danau Poso harus dijual. Citra negatif akibat konflik sosial sudah tidak relevan. Danau yang terletak di jalur transit (Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan) terlalu sayang untuk disia-siakan.
”Danau ini sangat indah. Begitu memandang hamparan danau, saya bilang ke istri saya, ’wow...’. Semula saya berencana menginap dua hari, tapi jadinya empat hari,” ujar Manuel Blein, wisatawan asal Swiss, yang mengikuti seluruh rangkaian Festival Danau Poso.
Nah, tunggu apalagi? (Videlis Jemali)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.