Pamor wisata hutan bakau seluas 577,455 hektar meliputi Kecamatan Wonorejo, Rungkut, Sukolilo, dan Gununganyar, makin berkilau. Pemandangan hijau di pinggir pantai ini, salah satu daya pikat pengembang untuk mengubah peruntukan kawasan menjadi permukiman atau pergudangan. Untuk itu, tidak hanya Pemerintah Kota Surabaya, tetapi lembaga swadaya masyarakat (LSM), perusahaan, serta berbagai organisasi, termasuk warga secara sukarela tak kenal lelah mengamankan kawasan ini.
Hutan bakau pamurbaya ini tak hanya sebagai sabuk hijau bagi kota dengan penduduk 3 juta jiwa ini, tetapi juga rumah bagi berbagai jenis spesies yang tidak ditemukan di kawasan lain. Beberapa kelompok warga pun selain menjadi ”polisi” di kawasan hutan bakau, secara bertahap sudah mengolah berbagai jenis tumbuhan tanpa merusak, menjadi makanan, minuman, serta banyak produk terutama batik.
Sejak 2010, Pemkot Surabaya menetapkan hutan bakau menjadi tempat wisata yakni Ekowisata Mangrove Wonorejo dan Wisata Anyar Mangrove. Kedua kawasan ini sebagai upaya pemkot setempat melestarikan hutan bakau sekaligus mengurangi abrasi di pamurbaya.
Bertamasya ke hutan bakau relatif mudah, sebab sudah ada perahu dari Gununganyar berkapasitas 30 orang. Lama perjalanan untuk mengitari hutan bakau yang juga menjadi rumah bagi monyet ekor panjang sekitar 20 menit. Pengunjung juga bisa berjalan kaki menyusuri jogging track dari anyaman bambu di sepanjang hutan. Fasilitas ini nyaman dan sejuk karena berjalan di tengah rindangnya pohon bakau. Pemkot Surabaya terus melengkapi sarana pendukung wisata, yang benar-benar bersahabat dengan lingkungan hutan bakau.
Wawan Some dari LSM Nol Sampah menilai, ekowisata hutan bakau tak melulu hura-hura, tetapi sarat pembelajaran. Prinsip utama adalah konservasi sehingga, pengunjung idealnya turis dengan minat khusus, minimal cinta lingkungan.
Berbagai rambu seperti tidak buang sampah, tidak mengganggu flora dan fauna di wilayah itu secara otomatis dipatuhi. Turis kelompok ini pun mudah diajak menanam, merawat, dan mengawasi kawasan konservasi itu.
Wawan mengaku, untuk mengamankan pamurbaya setiap bulan LSM Nol Sampah mengajak berbagai warga membersihkan kawasan hutan bakau dari sampah plastik. Meski sampah itu bukan hanya produksi warga Surabaya, tetapi dibawa alur sungai dari berbagai daerah Malang, Jombang, Mojokerto, dan Gresik.
Para pencinta lingkungan ini tak hanya menyingkirkan sampah, tetapi juga menanam dan merawat bakau agar berkembang. Apalagi di pamurbaya ada 22 jenis bakau sejati tumbuh di tengah laut, dan 17 jenis bakau ikutan berkembang di darat.
Teguh Ardi Srinanto, Ketua Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan (KJPL) Indonesia menyatakan, kawasan pamurbaya merupakan habitat burung langka seperti bubut jawa, kuntul, dan raja udang. Kawasan ini juga sebagai referensi wisata baik dalam maupun luar negeri dan menjadi percontohan dalam proyek Mangrove Ecosystem Conservation and Sustainable Use (MECS).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.