Selain itu, Anak Agung Gde Mandera (1905-1986) dan Gusti Made Sengog (1890-1972) membangun Legong gaya Peliatan, Ubud. Para tokoh itu memiliki khas tersendiri.
Legong memiliki beberapa macam tarian dan cerita. Jenis Legong dan cerita tersebut di antaranya Legong Topeng, Legong Kuntir yang menceritakan persaudaraan Sugriwa dan Subali. Ada pula Legong Jobog yang bertutur mengenai perjalanan putra Rsi Gautama yang awalnya manusia lalu menjadi kera. Dan, banyak Legong dengan cerita-cerita lain.
”Legong Keraton, ya, karena pementasannya sering digelar di puri-puri,” kata Arini.
Ia pun mengalami hal itu puluhan tahun lalu. Perkembangannya, lanjut Arini, masyarakat pun ingin mementaskannya di banjar-banjar. Sekitar 1930-an, wisatawan mulai berdatangan. Namun, penari menarikan Legong sedikit berbeda dengan di puri agar tidak sama.
Pementasan di banjar sudah pudar saat ini. Tarian komersial bisa saja di hotel atau obyek wisata hingga pertemuan-pertemuan. Arini senang Legong dengan cerita seperti bisa hidup kembali. Anak-anak kembali tertarik belajar menari Legong. (Ayu Sulistyowati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.