Hanya saja, Arini tetap meminta pertanggungjawaban mereka. Dia akan memberikan semua pengetahuan tari miliknya dengan syarat sang murid mau belajar menari dengan serius.
”Saya tidak suka anak murid yang tidak disiplin. Teknik menari itu ada aturannya, dan bukan sembarangan asal kita bisa menari,” ucap Arini serius.
Penari juga dituntut untuk memahami gamelan pengiringnya. Menurut Arini, hal ini menjadi penting karena penari dan gamelan pengiringnya harus menyatu.
Seorang penari, lanjut Arini, bisa lihai dan gemulai meskipun dia tidak memiliki keturunan darah seni dari keluarganya. Keseriusan seseorang dalam mempelajari tarian menjadi kuncinya. Oleh karena itulah, Arini tidak menuntut siapa pun yang datang belajar kepadanya harus memiliki bakat.
”Bakat itu bukan segalanya. Semangat dan niat seseorang untuk belajar menjadi yang utama. Meski orang itu berbakat tetapi tidak punya semangat dan niat, tidak akan pernah menjadi penari yang hebat,” tutur dia.
Prihatin dan komersialisasi
Sebagai pengamat tari, Arini tetap ingin membangun pemahaman teknik menari yang benar dan baik. Menurut dia, belakangan ini ada sebagian penari ataupun sanggar yang hanya mengedepankan anak muridnya bisa menari.
Sementara itu, pemahaman bagaimana menarikan suatu tarian yang benar dari hati masih kurang ditekankan. Cara berdiri, cara melirik, cara menggerakkan dagu yang benar, serta cara menempatkan tangan dan kaki menjadi beberapa contohnya.
Dia menilai, komersialisasi telah membuat orientasi menari yang benar menjadi luntur. Beberapa tarian Bali pun kemudian bisa dipersingkat durasinya.
Keprihatinan Arini tak berhenti di sini. Tentang pendokumentasian tari-tarian Bali pun, dia menilai, pemerintah daerah belum melakukannya secara maksimal. Arini bahkan menemukan sejumlah dokumentasi mengenai tari-tarian Bali justru dari temannya di Belanda.
”Teman yang menemukan dokumentasi (tari-tarian Bali) itu meminta saya untuk merevitalisasi tari-tarian tersebut. Ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat saya bersemangat untuk menggali kembali tari-tari klasik yang hilang,” katanya.
Jika memang tanah kelahirannya belum bisa menghargai karya para penarinya sendiri, Arini tak akan patah semangat. Kalau Bali belum bisa, bangsa lain masih menghargai tari-tarian Bali. Hal ini menjadikan Arini tetap hidup dalam kesetiaannya sebagai penari. Dia tak akan berhenti menari dan membagikan semangat itu terutama bagi anak muda. (Ayu Sulistyowati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.