Demikian juga dengan Lily, yang sempat mengalami disorientasi dan halusinasi sesaat setelah mencoba menyegarkan badan dengan menumpang mandi di sebuah rumah penduduk di check point Kilometer 260. Sesaat setelah mandi dan tim pendukung menyodorkan sepatu untuk dipakai, dia malah mempertanyakan, sepatu untuk apa dan mengapa dia berada di lokasi tersebut. Lily masih mencoba meneruskan lomba, tetapi Dohar menawarkannya untuk DNF.
”Tantangannya luar bisa. Fisik, mental, nutrisi, dan teknik semua diuji berat,” kata Sitor Torsina Sitomurang, honourable finisher tersebut.
Sitor, yang sempat black out karena tak tahan panas matahari, mampu menyelesaikan lomba dalam waktu 70 jam 25 menit, dengan kondisi telapak kaki mengelupas. ”Saya ngeliat telapak kaki ngeri juga, sekarang sudah mulai membaik,” katanya, Senin (20/4/2015).
Tidak kompromi
Panitia di bawah Pengarah Lomba (Race Director) Lexi Rohi tidak mau berkompromi dengan aturan yang mengikuti aturan internasional sehingga kualitas dan standar lomba ultramaraton bisa dipertahankan. Keputusan untuk menentukan seseorang peserta itu DNF atau diskualifikasi menjadi debat yang sengit di antara panitia.
Apalagi Trans-Sumbawa mendapat perhatian luas dari masyarakat, baik dalam negeri maupun internasional. ”Banyak pelari ultra dari luar negeri mengikuti Trans-Sumbawa dan ingin ikut serta jika ada lomba serupa berikutnya,” kata Hendra.
”Kita tidak boleh kompromi dengan peraturan. Idealnya memang satu pelari, satu tim pendukung. Namun, karena keterbatasan dana, kami memberi toleransi satu tim boleh mendukung dua pelari,” kata Lexi.
Dia mengaku bangga bisa berperan serta dalam hajatan nasional yang bersejarah. ”Semoga event ini bisa menjadi momentum untuk semakin mengenalkan Indonesia,” tambahnya. Dia juga berharap, masyarakat setempat bisa lebih antusias menyambut lomba-lomba di daerahnya.
Selain Trans-Sumbawa, acara Tambora Trail yang melombakan lari trail kelas 42 kilometer dan 24 kilometer pun mendapat sambutan antusias dari peserta. ”Cuacanya sangat panas, tetapi pemandangannya sangat menyenangkan. Luar biasa,” ujar Jashinta, peserta dari Jakarta.
Sukses penyelenggaraan rangkaian Kompas Tambora Challenge yang diselenggarakan harian Kompas dan Pemprov Nusa Tenggara Barat meninggalkan catatan. Salah satu di antaranya adalah betapa keindahan Indonesia belum dioptimalkan sebagai aset yang berharga.
Potensi sport tourism sangat terbuka luas. Bahkan, para pelari trail dan ultra internasional pun mulai melirik sejumlah event di Indonesia yang menggelar olahraga tersebut
Bulan Agustus mendatang, tim Hendra akan menyelenggarakan Lombok Ultra Triathlon: berenang 6 kilometer, bersepeda 300 kilometer, dan lari trail 52 kilometer bersamaan dengan ajang Mount Rinjani Ultra.
Indonesia adalah ladang sport tourism yang sangat luas dan kaya yang menunggu dieksplorasi. (Agus Hermawan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.