Di Marine Ecology Research Center, biota laut menemukan suakanya. Kerang raksasa dihasilkan, karang ditumbuhkan dan disehatkan, penyu dan hiu dirawat. Pusat penelitian ekologi kelautan tersebut awalnya hanya tempat belajar pada tahun 2007.
Dalam waktu singkat, Marine Ecology Research Center berkembang menjadi fasilitas rehabilitasi. Anak-anak tertawa saat menyentuh ketam ladam (Carcinoscorpius rotundicauda) dan orang dewasa antusias menanam karang. Lebih dari 10.000 bakal (spat) kerang raksasa telah dihasilkan.
Lalu, lebih dari 2.500 koral, umumnya dari genus Acropora dan Porites, ditanam sejak 2009. Sekitar 90 persen koral yang ditanam bertahan hidup. Kerang raksasa kini terancam, baik oleh musuh alami maupun manusia: untuk hiasan atau hidangan di restoran mewah.
Padahal, kerang raksasa adalah filter air laut tercemar dan penghasil oksigen yang baik. Pertumbuhan kerang raksasa itu lambat dan kini terancam punah. Butuh tiga tahun hingga kerang raksasa bertahan di alam. Eksploitasi ikan di Pulau Gaya dulu dilakukan berlebihan dengan bom dan bahan kimia.
Marine Ecology Research Center mengubah ulah nelayan perusak laut dengan mengedukasi. Di sana, penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan hiu perawat (Ginglymostoma cirratum) yang diserahkan warga juga dirawat.
Di sudut lain Taman Laut Tunku Abdul Rahman, wisatawan berteriak kegirangan saat meluncur dengan flying fox yang menghubungkan Pulau Gaya dan Sapi. Pemandangan laut lepas dengan perahu-perahu yang berlayar terlihat sangat menawan. Panjang flying fox mencapai 250 meter dengan ketinggian 30 meter.
Dengan fasilitas yang lengkap, tak heran wisatawan berbondong-bondong menuju Taman Laut Tunku Abdul Rahman. Setiap hari, hampir 1.000 wisatawan datang. Pada akhir pekan, taman laut itu disesaki pengunjung. Taman laut tersebut berjarak sekitar 5 kilometer dari kota Kinabalu.
Deputy General Manager Dewan Pariwisata Sabah, Kementerian Pariwisata, Kebudayaan, dan Lingkungan Malaysia, Gordon C Yapp menjelaskan, Taman Laut Tunku Abdul Rahman mendatangkan wisatawan. Namun, kelestariannya diupayakan tetap terjaga. Pembangunan dilakukan dengan kontrol ketat.
Dari sisi kekayaan laut, Indonesia jauh lebih kaya dan menarik. Saatnya belajar, bagaimana masyarakat menerima manfaat langsung dari sumber daya laut secara berkelanjutan. (DWI BAYU RADIUS dari Kinabalu)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.