Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelajahi Kompleks Goa di Cirebon, Goa Semedi hingga Bermuka Barongsai

Kompas.com - 07/07/2015, 14:13 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – Di tengah deru pembangunan kota, masih tersisa secercah peninggalan sejarah Cirebon. Memasuki areal situs bersejarah ini, mata langsung dihadapkan dengan bongkahan batu karang yang menghampar luas. Sekilas bangunan-bangunan dari batu karang tajam ini terlihat tak beraturan susunannya. Rimbun pepohonan juga hanya tampak di beberapa sudut areal. Kawasan seluas 1,5 hektar ini kerap disebut taman sari ini.

Saat itu siang pada hari Jumat di akhir bulan Juni lalu matahari bersinar cukup terik. Gersang terlihat dari pohon-pohon yang meranggas yang menyambut. Pemandu wisata menemani perjalanan sejarah menjelajahi peninggalan dari Kasepuhan Cirebon ini. Pemandu wisata tersebut bernama Mulyana Yusuf (32) yang sehari-hari bertugas untuk menemani para wisatawan yang datang.

Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Sebuah panggung yang dapat ditemui saat mulai memasuki pintu gerbang Kompleks Goa Sunyaragi, Cirebon, Jawa Barat.


“Jenis material ini bangunan dari batu karang. Bahan-bahan ini dibawa oleh pelaut Tionghoa. Dulu seluruh komplek ada di dalam kawasan hutan,” ungkap Mulyana ketika mulai memasuki areal dalam Taman Sari Gua Sunyaragi.

Saat mulai menjelajah, sebuah bangunan yang pertama kali dijelajahi. Bangunan itu tampak seperti panggung dan memiliki anak-anak tangga di sisi lain yang berfungsi untuk tempat duduk. Tempat ini merupakan area pagelaran seni. Perasaan terpana dan rasa ingin tahu tetiba menyeruak ketika menyentuh struktur bangunan taman sari ini.

Anwar Falah dalam skripsi yang berjudul “Bangunan Purbakala Sunyaragi (Cirebon) Sebuah Tinjauan Guna dan Gaya Seni Bangunan” (1983) mengutip keterangan Molsbergen yang dikumpulkan dari Arsip Hindia Belanda. Di dalamnya terkutip bahwa bangunan Sunyaragi dibangun dalam tahun 1703 M oleh Pangeran Aria Cirebon dan dibantu oleh seorang ahli bangunan keturunan Tionghoa (1931:10).
Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Wisatawan merunduk saat memasuki Goa Pengawal di Kompleks Goa Sunyaragi, Cirebon, Jawa Barat.


Selain itu, Anwar Falah juga mengutip cerita rakyat dari Dinas Sejarah dan Nilai Tradisional (1980/1981) yang berkembang tentang Sunyaragi. Dalam cerita rakyat tersebut diceritakan bahwa bangunan Sunyaragi dibangun oleh orang-orang Tionghoa dalam satu hari. Pendirian bangunan tersebut atas perintah Sultan Cirebon. Sesudah bangunan selesai, orang-orang Tionghoa tersebut bermaksud menguasai Sunyaragi dan tidak mau menyerahkannya kepada Sultan Cirebon.

Memasuki gua

Perjalanan mulai diarahkan ke bagian gunungan-gunungan taman sari. Rumput-rumput menghijau dan pohon yang tumbuh rimbun sedikit menyegarkan suasana. Di depan mata, kolam air besar tampak kering. Mulyana mengatakan bahwa dahulu kolam-kolam di sini berisi air karena Sunyaragi merupakan kawasan hutan. Namun saat ini, kolam ini hanya dapat terisi ketika musim hujan di mana airnya dapat tertampung. Di sisi lain kolam, pintu-pintu goa dari juga berbahan batu karang mulai terlihat.

Saya mulai memasuki salah satu goa yang bernama Goa Pengawal. Menurut Mulyana, di dalam Goa Pengawal tempat berkumpulnya pengawal yang beristirahat. Bangunan goa ini bersatu dengan gunungan buatan yang berbentuk bukit.

Ketika mulai memasuki bangunan goa, kepala harus dipaksa untuk merunduk karena rendahnya muka pintu. Jika tidak merunduk, kepala akan terantuk bangunan goa. Di bagian dalam goa, interior goa terdapat jendela dan juga sebuah saluran kecil yang berfungsi untuk mencuci kaki para prajurit.

“Mari kita lanjut ke Bangsal Jinem. Bangsal Jinem ini merupakan tempat sultan berbicara. Tempat berbicara karena tempatnya seperti ceruk yang berbentuk seperti corong. Dulu kan tidak ada pengeras suara, jadi pakai tempat ini. Biasanya sultan memberikan pidato kepada para prajurit dan orang-orang keraton,” kata Mulyana melanjutkan perjalanan.

Semakin penasaran, saya melanjutkan masuk ke beberapa goa yang bernama seperti Padang Ati, Pawon, Peteng, Langse, dan Arga Jumut. Goa-goa tersebut memiliki berbagai fungsi yang berbeda. Misalnya Goa Padang Ati yang berfungsi sebagai tempat meditasi umat Hindu yang akan dimualafkan. Konon menurut Mulyana, proses pemualafan tersebut didengar oleh Raja Padjajaran dan  ia murka kemudian menegur cucunya sendiri yaitu Sunan Gunung Jati.

Seperti goa lain yaitu Goa Peteng. Goa Peteng ini berfungsi juga untuk semedi. Disebut “peteng” yang diambil dari Bahasa Jawa karena di dalam area goa sangat gelap. Dibutuhkan cahaya dari senter jika ingin memasuki. Di atas Goa Peteng, ada bangunan yang dipagari dan bernama cungkup kunci.

Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Sebuah kolam di Kompleks Goa Sunyaragi yang dulu senantiasa terisi air karena letaknya di dalam hutan.


Bangunan tersebut berguna untuk koordinasi dengan para para prajurit dan mengawasi kondisi. Di cungkup kuncit ada bak air yang berfungsi untuk mendinginkan suhu kamar yang berada di bawahnya.

Kompleks goa tersebut semua terbuat dari batu karang. Hampir semua pintu masuk goa dibuat rendah dan mengharuskan para pengunjung untuk merunduk ketika masuk. Di Taman Sari Goa Sunyaragi juga terdapat beberapa keunikan lain seperti mitos-mitos enteng jodoh dan juga penanda waktu dari bangunan goa.

“Di sini ada patung perawan suci yang punya mitos, nggak boleh dipegang sama anak gadis karena dipercaya kalau memegang jadi sulit kawin. Selain itu, ada patung gajah yang berfungsi sebagai penanda tahun pembuatan. Namanya Gajah Gandrung Tirta Linuweh artinya gajah rebah di atas air berlebih,” kata Mulyana.

Adapun sebuah kearifan yang mendasar yang sudah ada sejak dari dulu yaitu pemisahan antara ruang laki-laki dan perempuan. Ruang tersebut bernama “Panembahan”. Ruang Panembahan berfungsi untuk tempat istirahat putra dan putri sultan. Ruangan untuk putra bernama ruang Kaputran dan Kaputren untuk putri. Di dalam ruangan tersebut dipisahkan oleh sekat-sekat ruangan yang memiliki fungsi sebagai pemisah.

Penjelajahan lorong demi lorong di Sunyaragi hampir usai. Mulyana mengajak ke sebuah tempat terakhir di kompleks goa tempat peristirahatan Kasepuhan Cirebon ini. Sebelumnya, rombongan melewati sebuah jembatan kecil sebelum menapakkan kaki di Goa Arga Jumut. Dari jembatan ke dasar kolam air setinggi kira-kira lima meter. Sang pemandu kembali melanjutkan perjalanan.

“Goa Arga Jumut, bentuknya seperti muka barongsai. Ada beberapa bagian rusak karena dulu terkena serangan Belanda,” ujar Mulyana.

Tampak samping sekilas memang bangunan goa karang ini mirip seperti wajah barongsai. Ada bagian yang menyerupai telinga, hidung, dan mata. Lorong-lorong di dalam Goa Arga Jumut juga tampak serupa dengan goa lain. Kepala kembali dipaksa untuk merunduk ketika masuk. Di sekitar Goa Arga Jumut juga terdapat kolam yang mengelilingi. Menurut Mulyana, kolam air tersebut juga digunakan oleh pihak keraton untuk bermain perahu pada masa penggunaan Sunyaragi.

Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Goa Arga Jumut di Kompleks Goa Sunyaragi yang memiliki bentuk bangunan mirip wajah barongsai.

Hari semakin sore. Setelah lelah berkeliling Kompleks Goa Sunyaragi, saya bergegas pulang. Sebelum meninggalkan, satu rasa penasaran yang masih terbesit ketika mengunjungi kompleks goa ini terjawab. Mulyana memberi tahu tentang arti Sunyaragi. Asal kata Sunyaragi adalah dari kata “Sunya” yang berarti sunyi dan “ragi” yang berarti jiwa. Sehingga membentuk arti yaitu sebuah keadaan jasmani atau raga yang kosong. Sesuai dengan penggunaan tempat ini yaitu untuk beristirahat, semedi, dan menyepi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Arjasari Rock Hill, Lihat Sunset dan City View Bandung dari Ketinggian

Arjasari Rock Hill, Lihat Sunset dan City View Bandung dari Ketinggian

Jalan Jalan
5 Hotel Indonesia Masuk Daftar Hotel Terbaik di Asia 2024 Versi TripAdvisor

5 Hotel Indonesia Masuk Daftar Hotel Terbaik di Asia 2024 Versi TripAdvisor

Travel Update
[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

Travel Update
8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com