Cuaca cerah, matahari bersinar terang, seterang pembicaraan kedua sopir tersebut yang menyambut hangat pagi dengan hati yang senang.
Saya tinggal di sebuah apartemen bertipe studio terletak di Quartier Latin, kawasan hunian aman 5 arondisemen di Rue de la Parcheminerie 750005 Paris. Studio dengan luas 22 meter persegi sangat menawan, cozy, elegan, bernuansa putih bersih.
Tranportasi umum terdekat adalah Metro Saint Michel, kira-kira 10 menit dari Gereja Notre Dame. Studio ini dikhususkan untuk 2 orang, lengkap dengan perabotan dapur, internet wifi gratis, televisi dan mesin cuci dengan harga mingguan 611 Euro atau bulanan 1.250 Euro.
Pemilik studio ini adalah Ibu Putu, warga Bali-Indonesia yang sudah menetap 30 tahun di Perancis. Senyumannya terkulum ramah sebagai sikap simpatik kepada siapa saja. Sebagai seorang pekerja keras, ibu ini tetap dengan kesehariannya mengepel, membersihkan ruangan, berkata jujur, sopan dan ramah.
Saya hanya bisa terkagum bangga bahwa pekerjaan yang beliau lakukan dengan sungguh-sungguh membuahkan hasil. Perjuangan hidupnya yang sarat dengan upaya gigih, tidak menyebabkan dia sombong akan keberhasilan itu.
Justru sebaliknya sikap rendah hati, berperilaku positif selalu dikedepankan. Barangkali ini pantas kita tiru bahwa berperilaku positif dengan senyuman ramah akan membawa karma yang baik pula.
Ada respon manis, ada pula respon bikin malu. Seorang gadis cantik warga Perancis menyapa dengan sapaan perkenalan "Bonjour", sayapun dengan sigap, cepat dan akurat menyapa "Bonjour".
Ternyata bukan dengan saya dia menyapa "Bonjour", melainkan dengan orang lain yang berada persis di belakang saya. Tanpa peduli saya langsung menghela nafas, malu sendiri sambil ngacir kocar-kacir malu-maluin. "Terlalu ramah kali ya," pikir saya dalam hati.
Itulah senyuman, merupakan gambaran dari suasana hati. Suasana hati yang riang, seperti terlihat pada orang-orang yang melakukan potrait diri atau selfie. Pernahkah melihat orang selfie dengan muka sedih? Tidak bukan? Senyuman itu menjadi aspek positif terhadap kepribadian seseorang.
Pukul 09.30, saya berdiri menunggu antre di depan pintu masuk utama Entrée Pyramide, Musee du Louvre atau Museum Louvre. Museum ini adalah bekas istana Raja Perancis yang dibangun pada abad ke-12. Sejak Raja Perancis Louis XIV memindahkan istana Raja ke Istana Versailes, Louvre ini dijadikan museum seperti yang kita kenal sekarang.
Sebagai salah satu ikon wisata kota Paris, Musee du Louvre dikunjungi ribuan turis setiap hari. Para turis sangat terpesona dengan satu lukisan yang tersenyum misterius yaitu Monalisa. Orang Perancis menyebutnya dengan "La Joconde" (baca: la Jokongd). Louvre memiliki 35.000 benda seni dan bersejarah yang perlu waktu berjam-jam untuk menelusurinya.
Warna dominan gelap kehijauan, potret senyuman seorang wanita, rambutnya terlihat keriting tertutup kain transparan halus, ada gambar lanskap pemandangan alam latar belakangnya, bibirnya tipis, kelihatan seperti duduk dengan tangan kanan berlipat di sebuah teras.
Dengan menggunakan kamera video, saya bisa nge-zoom sepuas-puasnya. Mungkin saya adalah salah satu pengunjung paling terlama berada di depan lukisan. Pokoknya saya tidak mau rugi terhadap kesempatan dalam kesempitan berdempetan dengan pengunjung lainnya. Rasa penasaran saya terhadap lukisan ini, terobati setelah melihat lukisan ini dari jarak 2 meter.
Luar biasa! Kenapa dia begitu memukau orang? Bukankah dia hanya sebuah portret seorang wanita yang tersenyum apa adanya. Secara jelas saya dapat amati, bahwa portret Monalisa sebagai seorang perempuan bersahaja dengan senyuman mahal. Lirikan kekiri sangat tajam.
Memandang secara terus menerus ke arah mata Monalisa, sepertinya kita terbawa ke suasana lain. Barangkali ini yang dimaksud dengan misteri yang tersembunyi. Semakin lama dipandang, semakin kuat energi tatapan mata Monalisa mempengaruhi kita. Bulu kuduk pun merinding. Serem kan?
Leonardo da Vinci si pencipta Monalisa sangat genius menggambarkan senyuman wanita yang sangat memikat itu. Dikabarkan pula Monalisa adalah lukisan paling favorit dari Leonardo da Vinci. Teori konspirasi tersebar mengenai siapa sesungguhnya Monalisa. Ada yang beranggapan Monalisa adalah potret femina dari pelukisnya sendiri.
Menurut seorang sejarawan renaisans dari Italia Giorgio Vasari bahwa Monalisa adalah portret seorang wanita yang bernama Lisa Gherardini, istri Francesco del Giocondo, seorang saudagar kain sutra di Florence yang merupakan rekan dari ayah da Vinci.
Selama 4 jam saya berada di Musee du Louvre, mengamati berbagai koleksi benda sejarah, kaki ini mulai terasa pegal. Harapan saya bertemu Monalisa sudah terwujud dengan menatapnya secara langsung dari jarak dekat.
Dan saya menemukan sebuah arti senyuman menurut imajinasi diri sendiri. Dalam kehidupan nyata ini, senyuman mampu memperlihatkan sesuatu yang bernilai dan memberi keuntungan kepada kita maupun orang lain. Orang yang menawarkan senyuman ramah secara positif dapat membuat hati orang lain senang.
Kadang-kadang juga kita harus tahu senyuman yang dibuat-buat sehingga terlihat ada misterinya. Ada baiknya kita harus bisa memilah dan memilih senyuman yang positif saja. Nah, mari kita latih hati kita untuk tersenyum setiap saat karena senyuman akan selalu memberikan kebahagian untuk kehidupan kita di dunia ini. (MADE AGUS WARDANA, tinggal di Belgia)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.