Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Senja Tanjung Papuma

Kompas.com - 16/09/2015, 21:02 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JEMBER, KOMPAS.com - Saat itu, sang mentari mulai tenggelam dan warna langit mulai merah merona. Duduk bercengkerama bersama rekan perjalanan atau sambil menyantap makanan-makanan. Nelayan-nelayan mulai pergi meninggalkan daratan. Adalah Pantai Tanjung Papuma, pantai di dekat ujung timur Pulau Jawa yang menawarkan cerita-cerita menjelang senja.

KompasTravel beberapa waktu lalu mencoba merekam detik-detik matahari tenggelam dalam bentuk foto di Pantai Tanjung Papuma. Setelah mengunjungi Pantai Watu Ulo yang berada di sebelah barat, KompasTravel bersama awak media dari Jakarta langsung bergegas menuju arah timur. Untuk menuju Pantai Tanjung Papuma, kami harus melewati bukit yang menanjak terjal dan berkelok-kelok kemudian kembali turun curam.

Saat itu, jam telah menunjukkan 16.00 WIB. Kami tiba di Pantai Tanjung Papuma. Matahari kini telah menghangatkan suasana. Sebentar lagi sore pergi dan "Dewi Malam" akan datang. Di pantai yang berpasir putih, nelayan-nelayan bahu membahu untuk menarik perahu menuju laut. Terdengar aba-aba untuk menyamakan komando. "Yooo. Majuu. Kirinya tariik," kata seorang nelayan.

KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Para nelayan bahu membahu mendorong perahu menuju laut di Pantai Tanjung Papuma, Jember, Jawa Timur, Jumat (11/9/2015). Pantai Tanjung Papuma berada di pantai selatan Jawa Timur. Pantai Tanjung Papuma terletak sekitar 45 kilometer dari Stasiun Jember.

Pegawai dari Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember, Yungki menceritakan jika para nelayan itu akan keluar mencari ikan. Mereka akan pergi meninggalkan pantai menuju sekitar laut di selatan Jawa Timur ini. Namun, kata Yungki, nelayan-nelayan itu tak berani untuk melaut terlalu jauh karena karakteristik laut selatan yang berbahaya.

"Mereka berangkat sore, nanti pulangnya sekitar jam tiga pagi," selorohnya.

Kami berlalu meninggalkan geliat masyarakat pesisir menuju sebuah bukit di ujung tanjung. Jika dilihat di peta, bentuk kontur bentang alam seperti cula. Kami berjalan menyusuri pantai sekitar 100 meter. Sore itu, laut selatan sedang surut. Batu-batu karang yang berlumut dapat terlihat. Hijau lumut dan pasir putih berpadu mewarnai pemandangan yang terlihat di depan mata. Turut terlihat pula batu-batu karang yang menjulang tinggi.

Nama bukit yang akan kami daki untuk menyaksikan matahari terbenam adalah Siti Hinggil. Tak ada penjelasan khusus ketika mendengar nama tersebut. Puluhan anak tangga kini telah tersaji di depan mata. Kami langsung mendaki anak-anak tangga. Suara deburan ombak yang terpecah oleh karang kian garang. Pohon dan semak-semak meranggas hingga berwarna coklat. Kami tak sabar untuk melepaskan surya pergi.

Di puncak Bukit Siti Hinggil, telah terlihat beberapa wisatawan yang juga akan turut melepas senja. Mereka telah siap dengan kamera-kamera yang membidik ke arah barat. Di sisi lain, ada laki-laki dan perempuan yang berbincang-bincang di bawah pendopo yang sengaja dibangun pengelola. Namun, sayang banyak terdapat coretan-coretan di segala sisi pendopo. Padahal menurut Assisten Manager Pemasaran Wisata Tanjung Papuma dan Pulau Merah Perhutani Jawa Timur, Suharno, pendopo itu baru saja dicat pada bulan Agustus.

KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Detik-detik matahari mulai tenggelam di Pantai Tanjung Papuma, Jember, Jawa Timur, Jumat (11/9/2015). Pantai Tanjung Papuma berada di pantai selatan Jawa Timur. Pantai Tanjung Papuma terletak sekitar 45 kilometer dari Stasiun Jember.
Waktu begitu cepat di bagian timur Pulau Jawa ini. Matahari mulai perlahan tenggelam saat jam menunjukkan pukul 17.15 WIB. Langit mulai memerah. Awan hitam sempat menyembunyikan sang surya. Kekecewaan sempat terlihat. "Yah, awannya nutup," kata seorang wisatawan sambil menunjuk ke arah awan. Namun awan perlahan bergerak. Surya kembali terlihat. Cahaya merah terpantul ke air laut. Sekarang, sang surya semakin cepat bergerak turun. Langit juga semakin gelap.

Setelah matahari benar-benar hilang dari pandangan mata, kami langsung meninggalkan Siti Hinggil. Kami bergegas untuk bersiap untuk melahap makan malam di salah satu pendopo milik Perhutani yang berjarak sekitar 200-300 meter dari tempat kami melahap senja. Puas menikmati sore hari di Pantai Tanjung Papuma, kami bergerak kembali ke pusat kota. Hampir 45 kilometer untuk dapat menuju kota.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com