Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Pear dan Persik dari Fukushima

Kompas.com - 26/09/2015, 04:16 WIB

Pada 3 September 2015, saya dan beberapa orang yang mengikuti seminar Fukushoma Peach & Pear yang diselenggarakan oleh Prefektur Fukushima. Tujuannya,  ingin memperkenalkan buah peach (persik) dan Pear dari Fukushima. Seorang lelaki bernama Tadao kato, menjadi pembicara mengenai seluk beluk buah berasa manis dengan latar asam yang tipis itu.

Ya..ya, siang itu sejenak kami melupakan tanah tempat dua buah-buahan itu ditumbuhkan: Fukushima! Secara meyakinkan, Tadao menerangkan bahwa buah-buahan dari Fukushima sudah aman untuk dikonsumsi, karena sudah melalui pemeriksaan radioaktif yang ketat.

Padahal selama ini, semua yang berkait dengan Fukushima selalu mengingatkan kita pada bencana bocornya reaktor nuklir Fukushima empat tahun lalu.

Seperti kita tahu, dampak bencana nuklir Fukushima Daiichi tidak hanya menyerang manusia, melainkan juga berdampak terhadap beberapa tumbuhan sayuran, buah-buahan serta bunga di salah satu daerah di Fukushima. Hal ini diketahui dari beberapa foto yang pernah dilansir sebuah situs Korea. Situs ini telah menerbitkan gambar bunga, sayur, dan buah dengan bentuk aneh.

Seperti yang dilansir Daily Mail, buah mutan ini memiliki beragam bentuk yang unik. Beberapa di antaranya, terdapat buah tomat mutan, tomat dengan bentuk abstrak yang sangat besar. Terdapat juga buah peach mutan, yang terlihat seperti angka delapan. Lobak mutan dengan bentuk mirip tangan dengan lima jari. Ada juga buah jeruk mutan yang berbentuk seperti empat buah jeruk yang bergabung menjadi satu. Tak hanya itu, terdapat juga sebuah bunga matahari tumbuh dari tengah-tengah bunga matahari lainnya.

Belum diketahui dari perkebunan mana asal buah-buah mutan ini. Diduga ini merupakan efek kebocoran nuklir di Fukushima, Jepang. Mutasi genetik yang terjadi pada tanaman akan menghasilkan bentuk yang aneh dan beda dari tumbuhan normal. Tidak hanya buah yang mengalami mutasi genetik. Tanaman bunga pun dapat terpengaruh efek nuklir.

Bencana nuklir Fukushima Daiichi yang terjadi pada tanggal 11 Maret 2011 adalah sebuah rentetan kegagalan perangkat, kebocoran nuklir, dan pelepasan material radioaktif di Pembangkit Listrik Nuklir Fukushima I, yang disebabkan karena gempa bumi berkekuatan 8,9 skala richter dan tsunami Tahoku. Bencana ini merenggut nyawa 18.500 orang dan merupakan bencana nuklir terbesar sejak krisis Chernobyl pada tahun 1986.

Lebih dari 100 anak di Jepang didiagnosa terkena kanker tiroid, setelah reaktor nuklir Fukushima bocor empat tahun lalu. Sejumlah anak yang terancam terkena kanker bisa bertambah. Dari tujuh wilayah rawan, ada sekitar 300 ribu anak.

Krisis nuklir Fukushima adalah bencana nuklir terburuk kedua di dunia setelah krisis nuklir Chernobyl.

***

Fukushima merupakan prefektur paling selatan wilayah Tohoku, dan merupakan wilayah Tohoku yang paling dekat dengan Tokyo. Prefektur ini terbagi deretan pegunungan menjadi tiga wilayah, yaitu (dari barat ke timur) Aizu, Nakadori, dan Hamadori. Wilayah pantai wilayah Hamadori menghadap ke Samudera Pasifik, dan merupakan daerah yang paling datar dan beriklim sedang. Kota kota Fukushima yang merupakan ibu kota prefektur terletak di wilayah Nakadori yang merupakan pusat produksi pertanian. Wilayah Aizu yang berpegunungan memiliki danau dengan pemandangan yang indah, hutan yang lebat, dan musim dingin yang bersalju.

Maka di tanah yang subur itulah, Tuhan menumbuhkan aneka tanaman. Di antaranya buah-buahan yang lezat rasanya. Di sana tumbuh pohon buah Nashi (Jepang Pear). Meskipun nashi sangat mirip dengan pir Barat, ada sejumlah perbedaan signifikan. Dibandingkan dengan buah pir Barat, nashi lebih besar, crispier dan memiliki rasa yang sama tetapi lebih ringan dan kulit kasar. Selanjutnya, mereka berbentuk bola daripada “berbentuk buah pir”.

Nashi berada di musim selama akhir musim panas dan musim gugur dan biasanya dimakan dengan cara dikupas. Tanaman ini telah dibudidayakan oleh orang Jepang sejak masa pra-sejarah. Pir Barat juga tersedia di dalam negeri, dan dikenal sebagai yonashi (pir Barat).
    
Buah lain yang sangat terkenal adalah Ringo (Apel). Luas budidaya apel di Jepang dimulai pada Periode Meiji (1868-1912). Kini, apel adalah salah satu buah yang paling populer di Jepang, dan salah satu dari beberapa buah yang diekspor ke luar negeri dalam jumlah besar. Di Jepang, apel umumnya dimakan mentah setelah mengelupas. Mereka berada dalam musim selama musim gugur dan awal musim dingin.

Di antara banyak varietas apel adalah apel berwarna merah dan renyah yang terkenal dengan sebutan apel fuji. Bentuknya besar dan paling populer. Sering diyakini sebagai ikon Gunung Fuji. Ada juga buah Kaki (Kesemek Jepang). Kaki mirip dengan nashi dan apel dalam bentuk, ukuran, kerenyahan dan cara mereka dimakan. Kaki paling sering dinikmati mentah setelah dikupas dan dipotong-potong. Awalnya berasal dari Cina, kaki telah dibudidayakan di Jepang sejak abad ke-7 .

Momo atau Peach (Persik) juga tumbuh subur di Fukushima. Persik Jepang umumnya lebih besar, lebih lembut dan lebih mahal dibandingkan persik Barat. Daging persik Jepang biasanya putih dan kuning. Persik biasanya dimakan mentah setelah dikupas. Persik Jepang berbuah selama musim panas. Persik diperkenalkan dari China pada awal Periode Yayoi (300 SM-300 M).
    
Selain buah-buahan di atas, Fukushima juga menghasilkan buah-buahan yang terkenal lainnya.

Beberapa peserta seminar mulai bertanya-tanya dalam keraguan tentang keamanan buah persik dan pear yang siang itu diperkenalkan. Tapi Tadao dengan yakin memastikan, semua produksi buah asal Fukushima sudah diperiksa secara ketat.

Menurut Tadao, pemerintah Jepang telah menetapkan standar ketat atas produk-produk makanan asal Fukushima. Sebelum beredar di pasaran, hasil panen dan produksi setempat wajib melewati pengujian radioaktif.

Dampak Radiasi buah-buahan seperti yang ada di supermarket Stasiun Fukushima, diwajibkan berada pada level radiasi di bawah 100 Becquerel (Bq) per kilogram, sesuai aturan pemerintah yang memperketat level radioaktif dari sebelumnya 500 Bq per kg. Tidak hanya buah-buahan, aturan itu berlaku bagi produk beras, daging, ikan, dan sayuran.

Standar lebih ketat bagi makanan bayi, susu, dan minuman segar. Tingkat radioaktif makanan bayi dan susu dari sebelumnya 200 Bq per kg, kini harus di bawah 50 Bq per kg, bahkan minuman segar harus di bawah 10 Bq per kg.

Kebijakan tersebut menyusul bencana melelehnya inti sel Caesium di PLTN Fukushima, pasca tsunami 2011. Radius 20 kilometer dari PLTN dikosongkan demi menjaga masyarakat dari kontaminasi radioaktif tellarium, iodine-131, caesium-134, dan caesium-137.

Untuk lebih meyakinkan peserta, akhirnya panitia mengarahkan kami ke sebuah ruangan yang berisi susunan buah pear dan persik. Buah-buahan itu ditata sedemikian rupa dan menarik untuk dipandang. Di ruang tersebut, seorang chef sudah bersiap membuat sejumlah menu makanan dari buah pear dan persik.

Maka, setelah menu penutup makanan itu telah siap disantap, para peserta pun sudah tidak mengingat lagi dari mana asal buah-buahan itu. Bentuk dan aroma masakan yang tersaji sungguh telah membuat kami tak sabar untuk mencicipinya.

Para peserta pun, termasuk saya dan pakar kuliner William Wongso, dengan hikmat mencicipi menu penutup makan itu. Rasanya, hmm... sungguh melenakan lidah kami. Pear dan persik yang dipanggang itu segera lumer di mulut. Rasa manis dan rasa asam yang tipis, dengan lembut masuk ke perut. Mak legender...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Travel Update
Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Travel Update
Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Travel Update
Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Travel Update
Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Jalan Jalan
Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Travel Update
Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Travel Update
Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Jalan Jalan
Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Travel Update
7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

Jalan Jalan
5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

Travel Update
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Travel Update
Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Jalan Jalan
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Jalan Jalan
KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com