Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata Sumbar, Pesona Alam Saja Belum Cukup...

Kompas.com - 14/10/2015, 14:02 WIB
PADANG, KOMPAS.com - "Alam Sumatera Barat diciptakan saat Tuhan tersenyum....," seloroh mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar memuji keelokan alam Minangkabau.

Apa yang disampaikan Sapta, tokoh di balik Tour de Singkarak, agenda campuran pariwisata dan olahraga balap sepeda yang sudah menjadi ikon wisata Sumatera Barat (Sumbar) itu tidaklah berlebihan.

Obyek wisata alam jenis apa pun tersedia di Sumatera Barat, mulai dari pantai indah yang berpasir putih, pantai berombak tinggi untuk surfing, pegunungan dengan udara segar, perbukitan, air terjun, goa, danau, sungai, ngarai dan tentu saja wisata kuliner.

Mereka yang suka surfing, silakan datang ke Mentawai yang disebut-sebut sebagai salah satu lokasi terbaik di dunia. Mau olahraga terbang layang, silahkan coba sensasi bukit Langkisau di Painan (Pesisir Selatan) atau Puncak Lawang di Kabupaten Agam sambil menikmati pesona Danau Maninjau dari ketinggian.

ARSIP KOMPAS TV Anggota Langkisau Paralayang Club dari Bukit Langkisau menuju pendaratan di Pantai Salido, Sumatera Barat.
Wisata bahari juga menyediakan lokasi terbaik untuk snorkeling atau diving di Pulau Cubadak yang berlokasi di kawasan wisata terpadu Mandeh di Pesisir Selatan.

Tidak ketinggalan tentu saja wisata kuliner, dengan pilihan yang sangat beragam. Selain rendang daging sapi yang dinobatkan oleh CNN sebagai makanan paling enak di dunia, wisatawan bisa menikmati gulai itik lado hijau, aneka samba lado, tambunsu (usus), gajeboh (jeroan), ampiah dadiah (sejenis yogurt), minuman khas kawa daun dan teh telur, serta masih banyak lagi.

Tapi dengan segudang potensi alam, kuliner dan sejarah, mengapa pariwisata Sumbar sulit berkembang dan jauh tertinggal dengan daerah lain seperti Bali, Yogyakarta, Bandung, Batam dan Sumatera Utara?

Pada 10 Febuari 1989, pada masa Orde Baru, sosiolog Muchtar Naim menyampaikan makalah dengan topik "Kendala Sosial Budaya dalam Pengembangan Pariwisata di Sumatera Barat" di Bukittinggi.

TULUS MULIAWAN/JUARA.NET Keceriaan muda-mudi Payakumbuh, Sumatera Barat, saat menampilkan tarian tradisional menyambut peserta Tour de Singkarak (TdS) 2015.
Kendala sosial-budaya, menurut Muchtar, tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, yang untuk itu perlu ada solusi dan perlu didudukkan masalahnya secara tuntas dan menyeluruh agar program pariwisata ini bisa berkembang di bumi Minangkabau.

Pada 12 Oktober 2015, mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago menyampaikan presentasi dalam sebuah diskusi tentang pariwisata di kampus Universitas Andalas Padang dengan topik yang sama, yaitu perilaku dan sikap masyarakat yang menghalangi perkembangan pariwisata.

Artinya selama rentang waktu 26 tahun dari era Orde Baru sampai Reformasi dengan pergantian enam presiden di antaranya, kendala sosial budaya yang oleh Andrinof dipertegas dengan perilaku dan karakter masyarakat sebagai penghambat perkembangan pariwisata Sumbar, memang tidak pernah tuntas.

Sebagai urang awak, pria kelahiran Padang 54 tahun lalu itu memang sangat risau dan prihatin dengan tidak maju-majunya pariwisata di Ranah Minang.

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA Pengunjung melihat koleksi Museum Goedang Ransoem di Kota Wisata Tambang Sawahlunto, Sumatera Barat, Kamis (22/5/2014). Museum Goedang Ransoem merupakan salah satu peninggalan pemerintah kolonial ketika menjadikan Sawahlunto sebagai kota tambang penghasil batubara sejak tahun 1888.
Andrinof pun menempatkan sikap dan perilaku masyarakat umum di posisi paling atas dari daftar penghambat yang dihadapi oleh pariwisata Sumbar.

"Saya langsung menolak jika ada anggapan bahwa tertinggalnya pariwisata Sumbar dari daerah lain karena buruknya infrastruktur atau fasilitas lainnya. Sikap dan perilaku masyarakat lah yang menjadi penyebab utama," kata Andrinof.

Jumlah wisatawan sebanyak 60.000 per tahun, menurut Andrinof, terlalu kecil bila dibandingkan dengan potensi begitu besar yang dimiliki Sumbar.

"Adalah sebuah kesalahan besar jika pengembangan wisata tidak dijadikan prioritas utama karena potensi tersebut justru lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya seperti pertanian, industri dan kelautan," katanya.

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Kereta api wisata bertenaga batu bara, Mak Itam, dipakai untuk membawa pebalap sepeda menuju ke lokasi start etape 6A Tour de Singkarak 2011 Sawahlunto menuju Istano Basa Pagaruyung, Sumatera Barat, Sabtu (11/6/2011). Panitia sengaja mengajak peserta Tour de Singkarak 2011 menaiki kereta api Mak Itam untuk mempromosikan potensi wisata di kota Sawahlunto.
Premanisme

Di antara sikap dan perilaku yang membuat Sumbar tidak termasuk dalam daftar teratas kunjungan wisata adalah perilaku premanisme sekelompok pemuda atau warga di lokasi wisata.

"Ada sekelompok pemuda dan bahkan anak-anak yang memaksa minta tarif parkir di luar kewajaran dan ini sangat menganggu dan membuat tamu tidak nyaman," katanya.

Contoh bagaimana premanisme dan aksi pemalakan yang membuat resah wisatawan terjadi di Kota Wisata Bukittinggi sehingga memancing protes di media sosial, terutama pada saat Lebaran atau libur nasional lainnya.

Bahkan di Bukittinggi sudah lama dikenal istilah "tukang pakuak" (tukang getok), yaitu istilah yang diberikan kepada restoran dan rumah makan yang sengaja melambungkan harga setinggi langit dengan sasaran wisatawan dari luar daerah.

KOMPAS/PRIYOMBODO Suasana senja di Jam Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat, beberapa waktu lalu. Jam Gadang hingga kini menjadi ikon sekaligus tujuan wisata di Bukittinggi.
Dan tidak tanggung-tanggung, rombongan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ramai diberitakan di media lokal dan media sosial menjadi korban "pakuak" di sebuah restoran di Bukittinggi pada 2006 lalu.

Sementara itu pengamat pariwisata Imran Rusli berpendapat bahwa perilaku paling parah adalah dalam soal pelayanan.

"Ini mungkin karena masyarakat yang berasal dari kultur parewa (pendekar) dan penghulu (pemimpin), lelaki Sumbar paling emoh melayani. Mereka maunya dilayani, bukan melayani. Mereka tak mau tahu dengan konsep kepuasan pelanggan," katanya.

Adminto Katik Bandaro, perantau asal Bukittinggi yang pulang kampung dengan membawa keluarganya bertamasya ke Danau Singkarak beberapa waktu lalu menceritakan pengalaman yang menjengkelkan.

BARRY KUSUMA Lembah Harau di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Setelah membayar karcis masuk di pintu gerbang yang dijaga beberapa pemuda, Adminto kemudian memarkirkan mobil di sebuah tanah lapang di pinggir danau untuk bersantai. Saat itu pula datang seorang pemuda yang langsung meminta uang parkir.

Tapi berhubung di lokasi tersebut ternyata langsung kena sinar matahari, Adminto pun memindahkan mobil ke lokasi di bawah pohon rindang yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari tempat semula. Saat itu pula datang seorang nenek yang juga meminta jasa parkir.

"Itu beda, karena tempat parkir ini tanah saya," kata sang nenek kepada Adminto yang kemudian protes, tapi hanya bisa terperangah dan jengkel.

Di luar segala sikap dan perilaku yang tidak mendukung bisnis wisata tersebut, Andrinof berharap agar pengembangan kawasan wisata terpadu Mandeh yang terletak 56 Km dari Padang, bisa menjadi sebuah proyek percontohan dan sekaligus penyelamat pariwisata Sumbar.

KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Untuk masuk ke dalam Lobang Jepang di Bukittinggi, Sumbar, pengunjung harus melewati tangga dengan kedalaman 64 meter.
Di kawasan dengan luas sekitar 18.000 hektare ini, yang mencakup kawasan terumbu karang 70,32 hektare, mangrove (313,32 hektare), dan keragaman hayati (404,55 hektare).

Fasilitas pendukung lainnya akan segera dibangun dengan target selesai pada 2017, yaitu perhotelan, restoran, resort, pasar suvenir, dan semua fasilitas yang dikelola kelompok sadar wisata.

Lindo, seorang pemuda yang bertugas menjaga salah satu lokasi wisata Mandeh, Pesisir Selatan, setidaknya bisa memberikan harapan akan perubahan perilaku masyarakat dalam melayani tamu.

ARSIP KOMPAS TV Ilustrasi menyelam
Lindo yang mengaku warga setempat, tampaknya mulai menyadari bahwa pelayanan adalah hal paling utama yang harus diutamakan dalam bisnis wisata.

Dengan penuh antusias, Lindo pun secara santun dan lancar menceritakan kepada beberapa tamu yang bertanya tentang rencana proyek pengembangan kawasan wisata terpadu Mandeh yang baru saja dikunjungi Presiden Joko Widodo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com