Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Rinjani Tak Beri Penghasilan

Kompas.com - 13/11/2015, 13:16 WIB
Jonathan Adrian

Penulis

LOMBOK, KOMPAS.com - Bagi warga Kecamatan Sembalun, Gunung Rinjani adalah tempat mereka mendapat menghasilan sehari-hari. Posisi Sembalun yang berada di Kaki Rinjani menjadikan porter sebagai profesi utama masyarakat di sini. Dalam sehari, seorang porter mendapat bayaran Rp 200.000 untuk jasanya. Ini sudah termasuk jasa mengangkat barang, mendirikan tenda, dan memasak makanan.

Gunung Rinjani sendiri berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Namun sayang, saat musim berkunjung sedang tinggi-tingginya, Gunung Barujari, anak Gunung Rinjani justru erupsi, menyebabkan segala pendakian ditutup. Maka hilanglah penghasilan mereka.

"Di sana porter-porter pada teriak sudah, karena semua membatalkan datang," ujar Pemandu Rinjani Andi Eka Karia Selasa (3/11/2015) lalu saat menjemput tim KompasTravel dari Bandara Internasional Lombok.

Saat KompasTravel datang ke Sembalun, sebagian besar masyarakat beralih ke pertanian. Sebenarnya disebut beralih juga kurang cocok, karena nyatanya sehari-hari mereka memang petani. Hanya saat mereka harus menjadi proter, sang istri yang akan menggantikan pekerjaan di sawah sementara. Beruntung saat itu sedang banyak pembangunan mesjid. Maka beralihnya sebagian masyarakat menjadi kuli.

KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT Porter sedang mendirikan tenda di Pergasingan, di Desa Sembalun Lawang, Lombok Timur. Foto diambil dengan kamera smartphone.
"Biasanya beralih jadi kuli," ujar salah satu warga Sembalun, Armasih.

Ada juga Amak Bohari. Baru dua kali ia mengantar tamu hingga puncak Rinjani. Amak Bohari baru pulang dari Malaysia. Ia menjadi TKI di sana. Amak Bohari pulang karena tak kuat kerja di kebun kelapa sawit di daerah Sabah.

Dalam sebulan ia hanya dibayar Rp 400.000. Uang itu pun tak selalu bersih ia terima. Seringnya uang dipotong oleh mandor dengan alasan pinjam uang.

"Kalau sudah begitu kita mau kasih kita tidak makan, kita tidak kasih nanti tidak kerja," kisah Bohari.

Tak kuat, Amak Bohari pulang ke Sembalun. Beda dari Amak Bohari, Amak Yun lebih memilih jadi petani. Amak Yun adalah porter senior di Sembalun. Ia sangat ramah terhadap tamu dan mahir memasak.

Saat selesai bertani, Amak Yun biasanya mencari tambahan sebagai tukang pijat. Bayarannya seikhlasnya. Sering Amak Yun ditawari makan jadi uang yang ia bawa sudah bersih. Sayang harga cabai, sebagai tanaman utama di musim ini sangat jatuh. Cabai para petani ini bahkan dihargai Rp 1.000 per kilogram. Kalau sudah begini Amak Yun hanya bisa pasrah.

KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT Foto dari kamera smartphone menunjukkan perkebunan cabai di kaki Pergasingan, di Desa Sembalun Lawang, Lombok Timur. Aktivitas Gunung Barujari di Kaldera Gunung Rinjani, tidak banyak mempengaruhi kehidupan warga Desa Sembalun Lawang yang letaknya di sebelah timur gunung, karena abu vulkanik terlihat mengarah ke barat.
Sementara itu, Yahya, porter generasi muda memilih jalan lebih baik. Saat sedang sepi seperti ini, ia mendalami pengetahuan seputar Rinjani dan sekitarnya. Yahya disebut-sebut menjadi salah satu kandidat pemandu muda di Sembalun.

Macam-macam memang alternatif profesi mereka, tetapi tak satu pun mengeluh soal erupsi Barujari. Masyarakat tetap senyum bahkan saling bercanda saat sedang bertani.

"Kalau gunung sudah biasa, saya lebih pusing pikirkan harga cabai," ujar salah seorang petani.

Masyarakat berharap hujan segera turun agar mereka dapat mengganti tanaman pertanian mereka. Saat tim KompasTravel pergi meninggalkan Sembalun tanggal Selasa (10/11/2015), rintik air tampak membasahi kaca mobil. Hujan turun di Sembalun. Di sisi jalan masyarakat tampak berbondong keluar, anak-anak bermain air, lahan-lahan kering yang dibakar mulai digarap. Sapi-sapi mulai turun dari bukit.

"Kayaknya akan mulai tanam padi ini," papar supir yang mengantar tim KompasTravel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com