Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyepi di Pantai Asari Timo

Kompas.com - 30/12/2015, 10:45 WIB
Jika ingin berenang, wisatawan tinggal berjalan beberapa meter ke pantai yang berair jernih. Atau, apabila ingin melakukan snorkeling (menyelam di permukaan), ada sejumlah titik snorkeling di sekitar Asari Timo yang dapat dituju, misalnya di perairan Pulau Tengah, Pulau Sintok, Pulau Cilik, dan Pulau Seruni. Wisatawan dapat menyewa kapal dan peralatan snorkeling dari warga sekitar untuk menuju pulau-pulau itu.

Tidak dijual

Pengembangan wisata di Pantai Asari Timo dilakukan oleh Ali Adnan (46), warga Dusun Batu Lawang yang tinggal tak jauh dari pantai. Ali, yang merupakan keturunan suku Bugis tetapi lahir dan besar di Kemojan, juga merupakan pemilik lahan di sekitar Pantai Asari Timo.

”Nama Asari Timo ini juga saya yang bikin,” kata Ali sambil tertawa.

Kata Asari merupakan gabungan dari nama Ali, sang istri, dan tiga anak mereka. Istri Ali bernama Sarmi, sementara tiga anaknya bernama Ahmad Sofyan, Imafatul, dan Syehan Assegaf.

Adapun kata Timo berarti timur dalam bahasa Bugis. ”Pantai ini kan ada di sisi timur Dusun Batu Lawang. Makanya dulu disebut pantai timo,” ujar Ali.

Dulu, lahan di sekitar Pantai Asari Timo penuh dengan semak belukar sehingga tak ada wisatawan yang berkunjung. Sejak tiga tahun lalu, Ali dan keluarga mulai membersihkan lahan di sekitar Pantai Asari Timo.

Mulanya, Ali merasa prihatin dengan penjualan lahan-lahan di sekitar pantai di Kemojan kepada investor dari luar. Penjualan lahan semacam itu memang marak di berbagai wilayah Karimunjawa seiring dengan semakin pesatnya pariwisata di sana.

Ali menuturkan, tiga saudara kandungnya juga memilih menjual lahan yang diwariskan orangtua mereka. Namun, Ali tak mau ikut-ikutan menjual lahan warisan yang menjadi bagiannya. Dengan bantuan anak-anak dan istrinya, ia mulai membersihkan areal pantai, lalu secara bertahap membangun penginapan.

Kini, di Asari Timo ada tiga bangunan penginapan, dua di antaranya berupa rumah panggung dengan dinding anyaman bambu, sementara satu penginapan merupakan rumah tembok biasa. Untuk menyewa penginapan di sana, wisatawan cukup mengeluarkan biaya sebesar Rp 150.000 sampai Rp 250.000 per malam.

”Penginapan ini kami bangun secara sembunyi-sembunyi karena saya khawatir diejek tetangga kalau mereka tahu kami sedang bangun penginapan. Pada waktu itu, kan, tak ada yang berpikir bahwa wisatawan akan sampai ke sini dan bahkan mau menginap,” kata Ali yang dulu bekerja sebagai pembuat kapal.

Selain penginapan, Ali juga membuat warung sederhana di Asari Timo. Istri Ali, Sarmi (35), sanggup memasak menu-menu sederhana, dari nasi goreng hingga ikan bakar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com