Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memberdayakan Mangrove Jadi Pusat Wisata

Kompas.com - 18/01/2016, 16:23 WIB
DI sebelah kanan jalan lintas utara Pulau Flores dari arah Maumere-Ende, tepatnya di Pantai Rerorodja, KM 29, tertera tulisan, ”Laboratorium Mangrove untuk Kehidupan yang Lebih Nyaman”.

Di situ ada jalan menuju kawasan hutan mangrove atau bakau seluas 80 hektar yang dikembangkan pasca tsunami Maumere, Flores, tahun 1992. Kini, bakau itu berubah jadi kawasan wisata yang diminati wisatawan domestik dan mancanegara.

Sebelum memasuki kawasan hutan bakau, pengunjung terlebih dahulu melewati rumah Viktor Imanuel Ray alias Akong (63), pengelola hutan itu. Di situ terpampang sebuah papan bertuliskan, ”Pengunjung Hutan Bakau Membayar Rp 5.000 per orang”.

Seorang anggota keluarga Viktor berada di dekat papan itu untuk menerima pembayaran ”tiket masuk”. ”Uang ini untuk perawatan dan pengelolaan bakau,” jelas Akong.

Setelah transaksi, pengunjung pun diizinkan masuk kawasan hutan bakau, menikmati suasana alamnya melalui sebuah jalan yang dibangun dari bambu. Jalan yang menyerupai jembatan itu memiliki lebar 1,5 meter dan tinggi 3 meter menyelinap masuk di tengah kepadatan hutan bakau hingga sejauh 350 meter.

Ada sekitar 500 jenis bakau yang ditanam. Bakau-bakau itu masing-masing memiliki fungsi sendiri. ”Bakau kepiting, misalnya, menjadi bahan tepung terigu, menjadi makanan kepiting, bahkan di beberapa tempat masyarakat mengonsumsi buah bakau jenis ini, daunnya sebagai obat menghentikan darah untuk luka baru. Bakau akar tongkat, daunnya digunakan sebagai bahan baku pencetakan uang,” papar Akong.

Terinspirasi dari tsunami

Akong mengembangkan hutan bakau itu sejak 1993. Dia belajar dari fakta saat tsunami. Ketika itu, sejumlah lokasi yang ditumbuhi bakau tak mengalami kerusakan parah karena terlindungi.

Fakta tersebut memotivasi Akong menanam dan mengembangkan bakau secara besar-besaran di kawasan itu yang kini mencapai 80 hektar. Sebagian besar pohon bakau itu sudah berusia belasan hingga 22 tahun dan terus dilakukan regenerasi.

Kini, hutan itu bukan hanya sebagai benteng abrasi, melainkan juga menjadi tempat hidup sekaligus pengembangbiakan ikan dan burung-burung laut.

Di ujung dari jalan bambu itu, Akong sengaja membangun lagi sebuah kolam seluas 1.500 meter persegi. Dalam kolam tersebut dilakukan tempat pembiakan ikan.

Tak jauh dari kolam, dibangun pula dua pondok sebagai tempat beristirahat. Wisatawan bisa duduk santai dan menikmati makanan. Bahkan, dibangun pula sebuah menara dari bambu setinggi 40 meter untuk memantau dan memotret seluruh kawasan hutan bakau.

Embusan angin laut menyelinap masuk melalui sela-sela hutan bakau, membuat tubuh terasa seperti berada di dalam ruangan pendingin. Kicauan aneka jenis suara burung di tengah hutan bakau itu mendorong pengunjung merekam suara itu untuk dijadikan nada dering telepon genggam.

Tampak pula beberapa sarang burung bergantung di dahan (ranting) bakau. Sore dan pagi hari, burung-burung berkicau, bersahutan memecah kesunyian alam sekitar. Tampak pula belasan ekor kera ekor panjang bergelantungan di dahan bakau.

Mahasiswa dan dosen dari sejumlah perguruan tinggi di NTT dan di luar NTT sering melakukan studi banding bakau di situ. Selama 2015, sebanyak 500 mahasiswa dan 25 dosen dari beberapa perguruan tinggi melakukan penelitian.

Akong menuturkan, setiap hari 10-200 orang datang ke lokasi itu. Pengunjung terbanyak pada hari Sabtu, Minggu, atau hari libur. Ratusan anak sekolah datang dari Maumere (29 km) atau dari Ende (80 km) ke lokasi wisata itu.

”Anak sekolah saya wajibkan mereka menanam bakau di dalam kawasan yang sudah disiapkan,” ujar Akong.

Dia menyediakan anakan bakau dan mengajarkan cara menanam. Bakau tidak hanya ditanam di tempat berlumpur, tetapi juga ditanami di pasir kering.

Romy Imanuel Ray, putra Akong, berencana membangun penginapan dan restoran persis di bibir Pantai Rerorodja. Pantai tersebut berpasir hitam dengan panjang sekitar 3 km dan air laut yang jernih.

Raimundus Notan (23), mahasiswa Universitas Nusa Cendana Kupang yang meneliti di kawasan itu, mengatakan, Akong memiliki pengetahuan tentang bakau yang luas.

Meski hanya kelas II SD, ia paham semua jenis, sifat, dan keunggulan masing-masing bakau. Namun, dia menyarankan disiapkan fasilitas umum seperti kamar kecil bagi pengunjung. (KORNELIS KEWA AMA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com