Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyelami Jernihnya Sungai Brayeun

Kompas.com - 29/02/2016, 10:21 WIB
GEMERICIK air yang jatuh melalui celah-celah batu dipadu semilir angin pegunungan nan lembut bak simfoni alam yang menenangkan jiwa ketika berada di lokasi pemandian alam di Sungai Brayeun, Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Aceh.

Sungai Brayeun memiliki pesona tersendiri berupa air yang jernih dan dikelilingi hutan yang perawan.

Di hulu Sungai Brayeun, terdapat Taman Nasional Ulu Masen yang bersambung dengan gugusan Pegunungan Bukit Barisan. Ulu Masen merupakan kombinasi lengkap antara hutan daratan rendah dan hutan daratan tinggi.

Itu kombinasi yang membuat Ulu Masen unik. Ulu Masen juga menjadi rumah bagi satwa liar, seperti beruang madu, orangutan, harimau, dan gajah sumatera.

Dari hutan yang masih perawan itulah air mengalir ke sungai, lalu ditampung dengan membangun dinding beton.

Air yang tertampung itu berubah menjadi kolam besar yang tampak begitu tenang. Warnanya hijau kebiru-biruan. Di atas air bening itu belasan perahu karet mengapung, lalu bergerak pelan dituntun riak-riak kecil.

Di tepi sungai terdapat balai-balai kayu beratap rumbia. Hari Minggu (3/1/2016) lalu puluhan balai-balai ukuran 1 meter x 2 meter dipenuhi pengunjung. Maklum, animo warga Aceh untuk berwisata pada awal tahun begitu tinggi.

Mereka dilarang Pemerintah Aceh merayakan pergantian malam Tahun Baru. Pada hari Minggu pertama 2016 itu, lokasi wisata seolah menjadi ajang pelampiasan merayakan liburan menyambut Tahun Baru 2016.

Terlepas dari minggu di awal tahun, wisata Sungai Brayeun sejak tiga tahun lalu memang menjadi lokasi wisata alternatif. Bagi mereka yang bosan mendengar riuh debur ombak, Brayeun adalah pelarian yang tepat.

Brayeun memberi keteduhan dan kesegaran. Pengunjung bisa berlayar di atas air yang jernih tanpa merasa terganggu dengan debur ombak yang berisik.

Secara geografis, Sungai Brayeun terletak di Desa Brayeun, Kecamatan Leupung, Aceh Besar. Jarak dari Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh, sekitar 30 kilometer arah ke barat atau sekitar 40 menit perjalanan menggunakan mobil.

Letak Sungai Brayeun agak tersembunyi karena tidak terletak di pinggir jalan utama Banda Aceh-Meulaboh. Lokasinya di dalam dengan melewati tiga kampung. Di tepi jalan menuju Brayeun ada baliho sebagai penunjuk arah.

Lama tertutup

Keelokan dan keasrian Sungai Brayeun lama tertutup. Saat Aceh masih didera konflik, tidak ada warga yang berani berkunjung. Brayeun seperti terabaikan.

Pasca damai tahun 2005 Brayeun mulai dikunjungi segelintir orang. Baru pada 2009 wisata Sungai Brayeun dibuka untuk umum.

Wisata Sungai Brayeun dikelola warga Desa Brayeun. Selain sebagai sumber pendapatan daerah, Brayeun juga mendorong pertumbuhan ekonomi warga sekitar.

Beberapa usaha yang dijalankan warga adalah membuka warung makan, menyewakan perahu karet, dan menyediakan lapangan parkir.

Benni, pengelola lokasi wisata Brayeun, mengatakan, jumlah pengunjung dalam dua tahun ini meningkat hampir dua kali lipat.

Pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu, jumlah pengunjung 1.500 orang, dengan biaya masuk Rp 3.000 per orang. ”Uang tiket dipakai untuk kas kampung, dan biaya pemeliharaan lokasi wisata,” kata Benni.

Menurut dia, wisata Sungai Brayeun minim promosi sehingga sedikit wisatawan dari luar Aceh yang berkunjung. Selama ini wisatawan masih didominasi warga dari kabupaten dan kota tetangga, seperti Banda Aceh, Aceh Jaya, Aceh Barat.

Wisatawan berkunjung ke Brayeun bermodalkan informasi dari teman-teman yang sudah pernah ke sana. Tidak ada situs khusus tempat wisatawan mendapatkan informasi detail berkaitan dengan Sungai Brayeun.

Bahkan, di situs Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh tidak ada profil wisata Sungai Brayeun.

Indah Pinta Sari, wisatawan asal Kabupaten Aceh Barat, mengeluhkan kondisi jalan menuju Sungai Brayeun yang terlalu sempit.

Lebar jalan ke lokasi itu hanya 5 meter, dengan sawah di kiri-kanannya. Mobil harus menepi saat berpapasan dengan mobil lain. ”Kami tadi hampir jatuh ke parit karena jalan terlalu sempit,” kata Indah.

Selain jalan yang sempit, lokasi parkir juga tidak memadai karena tidak ada lokasi khusus yang disiapkan untuk parkir. Lokasi yang dipakai sekarang merupakan milik warga.

Pengelola memungut biaya dari jasa menjaga dan menyediakan lokasi parkir. Hari itu karena pengunjung membeludak, kendaraan pengunjung harus diparkir hingga ke tepi sungai.

”Seharusnya pemerintah membenahi lokasi wisata ini agar semakin banyak pengunjung. Lokasi parkir, perluasan jalan, dan penambahan fasilitas lain perlu jadi perhatian,” kata Indah.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh Reza Fahlevi mengatakan, wisata alam menjadi salah satu obyek yang dijual kepada wisatawan. Namun, dia tidak menampik banyak hal yang harus diperbaiki agar wisatawan merasa nyaman.

”Saat ini kami sedang melakukan rebranding wisata Aceh untuk mencari strategi baru pengembangan wisata,” kata Reza.

Kontribusi sektor wisata terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh mencapai 17 persen, atau terbesar kedua setelah pertanian 26 persen. Adapun jumlah wisatawan ke Aceh dalam setahun mencapai 160.000 orang. (ZULKARNAINI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

Jalan Jalan
Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Travel Update
6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com