"Kami sedang membuat homestay di rumah rumah warga agar wistawan yang akan ke Gunung Ijen bisa mampir ke desa kami. Banyak yang bilang desa kami seperti Ubud yang ada di Bali," jelas Agus.
Kami sempat menikmati kelapa muda dan angklung paglak di tengah persawahan. Setelah 30 menit menyusuri pematang sawah dan masuk ke kebun warga, rombongan sampai ke tempat peristirahatan pertama di tanah datar yang berada di dataran tinggi di tengah area persawahan.
Terdapat sebuah bangunan semacam gubuk yang terletak diatas ketinggin. Untuk naik ke atas disediakan tangga bambu dan terlihat dua orang laki-laki sedang memainkan musik angklung.
"Kalau itu namanya angklung paglak biasanya dimainkan oleh para petani di sela-sela bekerja di sawah. Memang sengaja diletakkan di tempat yang tinggi agar bisa mengawasi sawahnya," jelas Agus sambil menyiapkan kelapa muda.
Dengan cekatan ia membuat lubang di kelapa muda agar lebih mudah dinikmati. "Silakan. Satu orang dapat satu. Kalau airnya habis nanti kita bantu belah agar daging kelapanya juga bisa dimakan," kata Agus.
Lebih dari 15 menit rombongan menikmati waktu istirahat sambil menikmati kelapa muda yang utuh tanpa campuran gula ataupun es serta suara angklung paglak. Beberapa orang telihat duduk berkelompok bersenda gurau, sedangkan beberapa pehobi foto asyik mengambil gambar.