KINDERDIJK, KOMPAS.com - Selalu ada alasan kenapa sebuah negara diberikan julukan. Sebagai contoh Jepang sebagai "negeri sakura" dan China disebut "negeri tirai bambu".
Julukan tersebut diberikan karena karena pohon sakura banyak ditemui di Jepang dan begitu juga pohon bambu banyak ditemui di China.
Begitu juga Belanda yang kerap disebut "negeri kincir angin". Karena di negara ini memang identik dengan pemandangan kincir angin yang kerap dilihat di poster atau banner agent travel.
Adalah tempat bernama Kinderdijk, sebuah desa yang terletak lebih rendah dari permukaan laut. Desa ini memiliki sebuah kawasan yang memiliki sekitar 17 kincir angin dan telah berdiri sejak abad ke-18. Pada 1997 Kinderdijk masuk ke dalam daftar UNESCO World Heritage.
Cuaca cerah saat Roderick Adrian Mozes dari KompasTravel bersama para jurnalis yang diundang oleh Netherlands Board of Tourism and Convetion (NBTC) tiba di tempat ini. Suhu hangat dengan langit biru dan awan tipis menyambut kami.
Sepanjang mata memandang hanya ada kanal air, padang rumput, dan belasan kincir angin yang berputar.
"Kincir angin yang ada saat ini juga digunakan menjadi mesin pompa untuk menjaga level air di area ini. Karena area ini berada lebih rendah dari permukaan laut sehingga jika level air naik, maka pompa dinyalakan untuk menyalurkan air ke sungai", kata pemadu wisata kami.
Kami juga diajak untuk masuk ke dalam kincir angin yang difungsikan sebagai museum. Di sini ditaruh peninggalan seperti sepatu, alat makan bahkan tempat tidur. Pemandu wisata menjelaskan bahwa kincir angin dulu juga menjadi tempat tinggal sebuah keluarga.
Anda juga bisa menggunakan kereta cepat selama 90 menit. Sistem transportasi kereta yang dimiliki Belanda, memungkinkan warganya untuk menuju ke berbagai tempat dengan nyaman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.