Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarung Camar di Sungai Han

Kompas.com - 31/08/2016, 11:03 WIB

Pernah kotor

Gahee Kim (27), warga Korsel yang bekerja sebagai pemandu wisata, mengatakan, susur Sungai Han menjadi salah satu andalan pariwisata Seoul. ”Banyak wisatawan yang tertarik menyusuri Sungai Han dengan kapal. Biasanya, sungai yang melewati ibu kota negara ukurannya sedang, bahkan kecil,” katanya.

Tak heran, Han merupakan sungai ternama di dunia karena besarnya. Han juga memegang peranan penting dalam sejarah Korsel pada masa kerajaan dengan menjadi tulang punggung jalur transportasi. Sungai itu menjadi rebutan beberapa kerajaan hingga memicu perang.

Han adalah sungai besar yang membelah Seoul. Mirip Ciliwung di Jakarta, tetapi Han jauh lebih besar dengan lebar lebih dari 1 kilometer (km) dan panjang sekitar 500 km. Sebagian wisatawan yang baru melihat Sungai Han mungkin menyangkanya sebagai laut.

Kim yang fasih berbahasa Indonesia mengatakan, Sungai Han dulu sangat kotor. Maklum, saat Korsel baru tercabik kecamuk perang dengan Korea Utara yang usai pada tahun 1953, ditambah masih banyaknya penduduk miskin membuat mereka membuang sampah sembarangan, termasuk ke sungai-sungai.

Namun, seiring kemajuan Korsel yang amat pesat dan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, hasrat untuk memiliki sungai yang bersih pun terwujud. ”Warga saling mengawasi. Kalau ada yang membuang sampah sembarangan, warga akan melaporkannya,” ujar Kim.

Shinta (41), wisatawan dari Indonesia, mengatakan, perjalanan di Sungai Han dengan pemandangan yang indah sangat mengesankan. ”Saya duduk di lantai atas yang terbuka. Pandangan jadi luas. Ada tempat duduk. Saya bisa mengobrol santai dengan kawan-kawan,” katanya.

Sambil menghirup udara segar, Shinta bisa melihat camar-camar yang melayang dengan cantiknya. Tepi sungai berupa padang rumput yang hijau juga menyegarkan mata. ”Taman di tepi sungai bersih dan rapi, lengkap dengan taman bermain anak. Bisa piknik dan sewa sepeda juga,” ujarnya.

Menurut Kartika Yunianto (40), warga Indonesia yang bermukim di Korsel dan sesekali menjadi pemandu wisata, susur sungai sangat diminati jika ada festival digelar. Acara itu, misalnya, Festival Kembang Api Internasional Seoul setiap Oktober.

”Padahal, udara musim gugur cukup dingin, tetapi penonton sudah berkumpul sejak siang untuk mendirikan tenda di lokasi strategis,” katanya. (DWI BAYU RADIUS)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Agustus 2016, di halaman 23 dengan judul "Tarung Camar di Sungai Han".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com