Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gandrung Sewu yang Berjaya di Tanahnya Sendiri

Kompas.com - 20/09/2016, 05:14 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Jika keduanya digabungkan maknanya menjadi rencana yang harus dirahasiakan selamanya. "Saat perang pasukan tercerai berai, upaya melawan Belanda belum selesai dan untuk menyatukan rakyat Blambangan, beberapa pasukan Jogopati membentuk kelompok seni dan mereka menyanyikan Seblang Lukinto sebagai sandi atau kode," jelas Bramuda.

Secara atraktif, para pemain melakonkan kisah perjuangan rakyat Blambangan yang heroik melawan penjajah. Sementara itu seribu lebih penari Gandrung berkali-kali berganti formasi seperti membentuk ombak, benteng, api dan bunga.

Saat membentuk formasi benteng, penari menarik selendang merahnya ke atas hingga menutupi bagian depan tubuhnya. Di tengah-tengah fragmen, ribuan penari Gandrung menyanyikan 'Seblang Lukinto' bersama-sama dengan gerakan yang gagah berani dan merentangkan selendang merah sebagai bentuk perlawanan.

Di Gandrung Sewu ‘Seblang Lukinto’ lebih banyak bermain formasi gerakan penari yang dinamis. "Wis wayahe bang bang wetan" (Sudah waktunya mentari pagi terbit), "Kakang kakang ngelilira" (saudara saudara bangunlah), "Wis wayahe sawung kukuruyuk" (Sudah waktunya ayam jago berkokok), "Lawang gedhi wonten kang njagi" (Pintu gerbang ada penjaganya), "Medala ring lawang butulan" (Lewatlah pintu rahasia), "Wis biasane ngemong adhine" (Sudah terbiasa mengasuh adiknya), "Sak tinjak balio mulih" (Satu tendangan kembali pulang).

Pertunjukan ini akan terasa berbeda dari perhelatan Gandrung Sewu sebelumnya yang banyak menyuguhkan fragmen teatrikal. Nyanyian Seblang Lukinto tersebut dinyanyikan secara gegap gempita dengan diiringi musik gamelan yang rancak.

Di akhir fragmen, para penari Gandrung membentuk formasi bunga dengan kipas warna merah dan putih, sedangkan Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widiatmoko dan para undangan khusus masuk ke dalam formasi bunga dengan membawa kipas kuning untuk putik bunga.

Tepuk tangan membahana dari ribuan penonton yang ikut hadir sejak pagi di Pantai Boom sebagai penutup Festival Gandrung Sewu 2016. Beberapa penari Gandrung juga terlihat menangis karena bangga dan terharu.

"Alhamdulilah. Akhirnya pertunjukan sukses," kata seorang penari Gandrung sambil memeluk rekan sesama penarinya. Ia mengaku sudah satu bulan berlatih untuk persiapan Gandrung Sewu.

KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Fragmen pertempuran antara prajurit Blambangan dipimpin Rempeg Jogopati melawan Belanda di pentas Gandrung Sewu, Pantai Boom, Banyuwangi, Jatim, Sabtu (17/9/2016).
Yanuar Bramuda mengatakan berbagai acara di Banyuwangi Festival sukses membangkitkan gairah masyarakat membangun wadah kreativitas seni generasi muda.

Bramuda menjelaskan pada tahun 2010 jumlah sanggar tari baru sebanyak 13 buah. Namun pada 2014 jumlahnya berlipat menjadi 59.

“Itu yang tercatat resmi di data kami, ditambah sangar sanggar kecil lain mungkin bisa mencapai 66 buah dan ini adalah sebuah ikhtiar agar Gandrung terus hidup di tanahnya sendiri,” tambah Bramuda.

*****

KompasTravel kembali menghadirkan kuis "Take Me Anywhere 2". Pemenang akan mendapatkan kesempatan liburan gratis yang seru ke Yogyakarta selama tiga hari dua malam.

Hadiah sudah termasuk tiket pesawat, transportasi lokal, hotel, konsumsi, dan beragam aktivitas seru selama di Yogyakarta. Juga raih kesempatan memenangkan hadiah smartphone. Klik link berikut: Mau Liburan Gratis di Yogyakarta? Ikuti Kuis "Take Me Anywhere 2"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com