PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Jika anda berkunjung ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, jangan lupa untuk mencicipi kerenyahan kerupuk getas dan ampiang yang diproduksi secara home industry (industri rumah tangga).
Getas maupun ampiang merupakan penganan renyah yang tidak hanya memanjakan lidah tapi juga mengandung protein tinggi.
Getas yang berbentuk bulat panjang, bahan bakunya berasal dari ikan segar. Sementara ampiang yang berbentuk oval, ada yang berbahan ikan dan ada juga yang berbahan cumi.
Produksi beraneka jenis kerupuk tersebut, salah satunya bisa anda temukan di Desa Kurau Barat, Kabupaten Bangka Tengah. Seperti usaha yang dilakoni Buk Intan yang telah berjalan selama hampir tiga tahun.
Usaha Buk Intan hanya memproduksi dua jenis kerupuk saja. Yakni kerupuk getas dan ampiang. Usaha ini terbilang laris, pesanan datang dari berbagai kalangan konsumen. Harga yang ditawarkan relatif terjangkau.
Untuk kemasan 250 gram, getas dan ampiang berbahan ikan dijual seharga Rp 25.000. Sementara ampiang berbahan cumi dijual sedikit lebih mahal yakni seharga Rp 30.000.
Proses pembuatan kerupuk ini tergolong mudah. Bahan baku seperti ikan dikerok menggunakan pisau dapur untuk selanjutnya dicampur dengan bahan-bahan lain seperti telur, garam dan tepung sagu.
Kerupuk yang sudah jadi, selanjutnya dikemas sesuai permintaan konsumen. Tak lupa, label dipasang didalamnya.
“Bahan baku ikan yang sudah dihaluskan dan dicampur bumbu, harus didiamkan selama satu hari di lemari pendingin. Setelah itu baru dicampurkan dengan bahan lain sehingga menjadi adonan,” ujar Buk Intan kepada Kompas.com, Selasa (30/8/2016).
Dari usahanya ini, Buk Intan mendapatkan penghasilan tambahan, membantu suaminya yang bekerja sebagai petani. Empat orang anaknya yang sudah beranjak dewasa bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.
Menurut Buk Intan, usaha kerupuk yang dirintisnya beberapa kali menemui kegagalan. Ia dibantu beberapa ibu rumah tangga lainnya, terus mencoba, sembari mengaplikasikan ilmu yang didapat saat mengikuti pelatihan dari pemerintah daerah.
“Seringkali kerupuknya gagal dibuat. Padahal semua bahan sudah lengkap digunakan,” ujar Buk Intan.