Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Surga” Wakatobi Tak Melulu Bahari

Kompas.com - 03/11/2016, 18:50 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Mengemas “surga”

Sayangnya, pesona Wakatobi memang masih lebih banyak dinikmati para penyelam dan wisatawan “serius”. Maklum, sebelum Oktober 2016 tak banyak akses yang bisa menjadi cara orang datang ke sana.

Baru setelah kepulauan tersebut ditetapkan sebagai destinasi prioritas, beragam program dirancang untuk lebih mengenalkan dunia pada sang surga bawah laut di khatulistiwa ini.

"Kami butuh Rp 1,2 triliun untuk membenahi kawasan ini," kata Bupati Wakatobi, H Arhawi, dalam salah satu perbincangan dengan Hilda.

Setahap demi setahap, infrastruktur dari kabupaten yang belum genap berusia 13 tahun ini ditata ulang. Bandara Matahora, misalnya, bersolek menyambut datangnya penerbangan reguler.

Kabar baik datang dari Arie. Maskapai Wings Air, kata dia, sudah memastikan jadwal penerbangan reguler ke sini.

“(Rute) Makassar-Wakatobi, direct flight, tujuh kali seminggu setiap hari mulai akhir Oktober 2016," sebut Arie.

Garuda Indonesia, lanjut Arie, sudah berencana pula membuka rute Denpasar-Wakatobi. “(Rencananya) dimulai pada akhir 2016,” sebut dia.

KOMPAS.com/HILDA B ALEXANDER Bandara Matahora di Pulau Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Akses dan infrastruktur jadi fokus awal pembenahan Wakatobi karena beragam hal. Dari sisi pesona bahari, di kawasan perairan ini terdapat setidaknya 750 dari 850 jenis terumbu karang yang ada di dunia.

Sampai-sampai, Pulau Hoga yang ada di antara pulau-pulau utama Wakatobi sudah menjadi basis penelitian Proyek Wallacea. Di sini para peneliti dunia kerap berkumpul meneliti kekayaan terumbu karang dunia yang dipantau melalui pencitraan satelit.

Tak kurang dari oseanografer dan penemu alat selam self-contained underwater breathing apparatus (scuba), Jacques-Yves Cousteau, mengakui Wakatobi adalah surga.

“Dia (Cousteau) menyebutnya underwater nirvana,” ujar Yvone Patty, Component Manager Destination Marketing Swisscontact, kepada Kompas, Kamis (15/9/2016).

KOMPAS/HERU SRI KUMORO Penyelam menikmati keindahan bawah laut di Pantai Waha, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Jumat (24/6/2016).

Buat pariwisata, penetapan Wakatobi menjadi destinasi prioritas pun punya target besar. Pada 2016, kunjungan wisatawan diharapkan menembus angka 25.000 orang, naik 8.000 kunjungan dibandingkan pada 2015.

Kunjungan wisatawan mancanegara diharapkan terus meningkat pula. Merujuk data Badan Pusat Statistik, pada 2011 tercatat 2.274 wisatawan mancanegara menikmati “surga” Wakatobi. Angka itu melejit lebih dari dua kali lipat pada 2015, yaitu menjadi 6.626 orang.

Tantangan tentu saja tak selesai di masalah akses dan infrastruktur. Meski sudah dikenal sebagai “surga bahari”, kawasan ini juga masih kekurangan para master selam berlisensi. Bahkan, belum ada satu pun master selam berlisensi cave diving di sini, sementara potensi wisata gua bawah laut juga membentang.

(Baca juga: Garda Depan Wakatobi)

Jangan lupa, bicara pariwisata tak melulu mengurusi orang-orang yang butuh leha-leha. Saat ini, pariwisata merupakan penjuru untuk menjaga perekonomian nasional melaju, seperti paparan Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam beragam kesempatan.

Facebook Indonesia.Travel/Wonderful Indonesia Pemandangan bawah laut Wakatobi

Lagi-lagi, tak cukup bila hanya Pemerintah yang berupaya mengenalkan potensi pariwisata. Cara Hilda bercerita dan memajang gambar-gambar selama berkelana, bisa jadi contoh partisipasi orang biasa ikut mendorong pariwisata Indonesia.

Bagi Anda yang juga punya hobi serupa Hilda, bagikan saja cerita-cerita perjalanan ke destinasi nusantara lewat beragam cara, termasuk melalui media sosial. Biar lebih mengena, pasang saja tanda pagar (tagar) atau hashtag #ceritadestinasi di setiap unggahan cerita Anda.

Khusus untuk Twitter dan Instagram, bisa disebutkan pula @ceritadestinasi di dalam unggahan. Adapun di Facebook, fan page Cerita Destinasi dapat jadi salah satu tempat memajang cerita perjalanan wisata Anda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com