Dulu kala, sekitar 25 tahun yang lalu, masih banyak tukang ronde pikulan keliling di jalan-jalan kota Semarang. Pikulan kecil dengan stoples-stoples kaca berisi kuah kental jahe dan gula beserta ronde-ronde yang ukurannya lebih besar dari ronde bikinan rumahan.
Ronde-ronde itu ada yang bersaput wijen, ada yang isinya kacang tanah cincang, ada yang isinya gula jawa, atau tau sa (kacang hitam).
Variasi cara menghidangkannya juga banyak modifkasi. Favorit saya adalah wedang ronde dengan isi kacang tanah cincang, wedang jahe yang super pedas tapi manis yang kurang, plus taburan kacang tanah goreng dalam wedangnya plus beberapa potong sekoteng. Kadang kala tukang ronde keliling tersebut membawa camilan untuk teman wedangan.
Masih jelas dalam ingatan suara tukang ronde pikulan dengan tabuhannya yang khas, seperti gembreng kecil yang digantung di pikulan serta pemukul kecil dari bambu atau kayu dengan suaranya: “teng, teng, teng, teng”, tanpa suara penjualnya.
Tapi suara itu sanggup memanggil penikmatnya keluar dari rumah mencari si bapak tukang ronde, berteriak memanggilnya sambil melambaikan tangan. Apalagi dinikmati di malam-malam panjang yang dingin, luar biasa nikmat!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.