Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ayo ke Pulau Sumba..."

Kompas.com - 31/03/2017, 11:36 WIB
Markus Makur

Penulis

Menurut Surahman, penggabungan dua TN ini memberikan peluang kepada pihaknya untuk mengembangkan pariwisata berbasis ekologi dan budaya sehingga keajaiban-keajaiban budaya, alam dan manusianya memperoleh dampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat.

Dua TN ini menjadi tempat yang selalu dikunjungi wisatawan untuk melihat keunikan-keunikan delapan burung endemik Pulau Sumba, air terjun, keunikan-keunikan goa, puncak gunung Wanggameti yang tertinggi di Pulau Sumba, juga padang savana.

“Saya diberikan kepercayaan menjadi Kepala Taman Nasional di Pulau Sumba untuk mengembangkan keunikan-keunikan alam dan budaya yang unik serta mempromosikan secara luas agar wisatawan asing dan Nusantara mengunjungi pulau ini. Pulau ini masih tersembunyi di bumi Nusa Tenggara Timur karena kurang promosi,” katanya.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Seorang perempuan Sumba Barat di Kampung Prai Ijing, Desa Tebar, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur sedang menenun kain sumba untuk kebutuhan keluarganya. Kain sumba ini dijual kepada wisatawan maupun warga setempat. Harga kain sumba berkisar dari Rp 300.000 sampai Rp 2.500.000 sesuai dengan motifnya. Hasil jual kain sumba untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dari warga Sumba.
Surahman memaparkan, TN MataLawa menjadi penopang kehidupan warga masyarakat di Pulau Sumba, seperti pembangkit Daerah Air Minum alam (PDAM alam), sumber air minum untuk warga di Pulau Sumba, sumber air untuk lahan pertanian dan persawahan di Pulau Sumba bahkan sebagai sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang sudah berfungsi di beberapa aliran sungai besar.

“Taman Nasional MataLawa memiliki sekitar 20 sungai besar yang berhulu di dalam kawasan taman nasional tersebut.  Terdapat 84 jenis burung, 10 jenis mamalia, 49 jenis kupu-kupu, 29 jenis reptil dan amfibi, 10 jenis mamalia, 173 jenis pohon, herbal dan tumbuhan bawah, serta 49 paku-pakuan,” jelasnya.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Anak-anak Pulau Sumba dengan latar belakang padang savana Waerinding di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Menjelajahi Pulau Sumba yang masih tersembunyi memberikan nilai tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan Nusantara.
Ketua Bidang Ekotourism di Kawasan Konservasi Pusat sekaligus Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata di dalam Kawasan Konservasi, Suwartono kepada KompasTravel di Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat, Jumat (24/3/2017) menjelaskan, Pulau Sumba sangat layak untuk pengembangan wisata berbasis budaya, bahari dan alam.

Khusus untuk wisatawan ekologi, pulau ini dijadikan tempat festival bird watching, adventure di seluruh Pulau Sumba,  serta wisata goa-goa alam.

Suwartono menjelaskan, Pulau Sumba memiliki kekhasan unik seperti keunikan ekosistem padang savana, lanskap, dan hutan yang masih asli dan sejumlah air terjun yang memukau.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Tanduk kerbau dipajang di rumah adat Sumba, Nusa Tenggara Timur, Jumat (24/3/2017).
“Lembaga Bird Life Internasional sudah menetapkan kawasan Taman Nasional MataLawa sebagai important bird area karena ada 10 burung endemik Sumba seperti kakatua jambul kuning. Mari kita promosikan agar Pulau Sumba menjadi tujuan utama pariwisata di mana terdapat kawasan Nihiwatu sebagai hotel terbaik di dunia,” paparnya.

Untuk menunjang itu, lanjut Suwartono, dibutuhkan dukungan pemerintah untuk akses yang bagus, fasilitas akomodasi standar internasional, dukungan dari masyarakat setempat untuk menerima pengembangan wisata ekologi dan budaya.

Selain itu, perlu juga disiapkan orang-orang lokal dengan sumber daya manusia yang baik untuk pelayanan yang prima kepada tamu sesuai standar-standar pelayanan di daerah wisata. Orang lokal harus terlibat dalam industri pariwisata untuk kemajuan Pulau Sumba.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Kampung adat Prai Ijing, Desa Tebar, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur menjadi kampung yang selalu dikunjungi wisatawan asing dan Nusantara, Jumat (24/3/2017). Artisektur rumah adat yang unik ini menjadi daya tarik wisatawan.
“Saya berada di Sumba untuk melakukan survei dan memberikan konsep tentang pengembangan wisata berbasis ekologi dan budaya serta adventure. Ada tiga air terjun besar di Pulau Sumba yakni Air Terjun Lapopu, Laputi, dan Matayangu,” katanya.

Suwartono mempromosikan "Ayo ke Pulau Sumba" dan merasakan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh orang Sumba dan alamnya di dalam kawasan TN MataLawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Jalan Jalan
Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Travel Update
Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Travel Update
Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Travel Update
Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Travel Update
Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Travel Update
Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Jalan Jalan
Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Travel Update
Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Travel Update
Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Jalan Jalan
Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com